389

253 11 0
                                    

Api di Bukit Menoreh

Buku 389 (Seri IV Jilid 89)

 admin

11 tahun yang lalu

Iklan

Tetapi Rara Wulan justru tertawa. Katanya, “Siapakah yang telah bercerita kepadamu tentang Alam Wang-Wung? Jika benar bahwa kematian itu akan memasuki Alam Wang-Wung, maka kau-lah yang akan masuk lebih dahulu.”

“Persetan,” geram Nyi Sangga Langit. Dengan garangnya ia pun kemudian berloncatan menyerang dengan sengitnya.

Sementara itu hujan masih turun, bahkan rasa-rasanya menjadi semakin lebat. Langit seakan-akan terbuka, sehingga air dapat tertumpah ke bumi.

Sementara Rara Wulan bertempur melawan Nyi Sangga Langit, maka Glagah Putih pun telah bertempur melawan Gempur Awang-Awang. Ternyata Gempur Awang-Awang memang seorang yang berilmu sangat tinggi. Demikian pertempuran terjadi, maka Glagah Putih pun telah terdesak beberapa langkah surut.

Namun akhirnya Glagah Putih mampu membuat keseimbangan. Setelah menjadi sedikit mapan, maka Glagah Putih pun tidak lagi dapat didesak oleh lawannya. Meskipun lawannya pun kemudian menghentakkan ilmunya pula, tetapi pertahanan Glagah Putih tidak dapat lagi digoyahkannya.

Dengan demikian maka pertempuran pun menjadi semakin sengit pula.

Gempur Awang-Awang yang pada mulanya, pada saat-saat ia dengan cepat mendesak Glagah Putih, merasa bahwa ia akan dapat menyelesaikan lawannya dengan cepat dan tidak terlalu sulit itu, ternyata telah mendapat kesan baru tentang lawannya yang masih terhitung muda itu.

Sementara itu Ki Tumenggung Purbasena dan kedua orang Rangga yang ikut serta dalam penjelajahan malam para calon prajurit itu memperhatikan pertempuran itu dengan seksama. Sedangkan para calon prajurit bagaikan membeku menyaksikan pertempuran di lebatnya hujan serta di gelapnya malam.

Para calon prajurit itu sempat menjadi cemas melihat Glagah Putih terdesak. Namun mereka pun kemudian mulai melihat tataran ilmu Glagah Putih yang tinggi. Setelah Glagah Putih mampu mengimbangi kemampuan lawannya, maka para calon prajurit itu pun dapat menarik nafas. Perlahan-lahan tumbuh harapan di hati mereka bahwa Glagah Putih akan dapat mempertahankan dirinya.

Sebenarnyalah bahwa Gempur Awang-awang itu tidak lagi mampu menekan Glagah Putih. Semakin lama Glagah Putih itu seakan-akan justru menjadi semakin tegar.

Dengan demikian pertempuran di bawah hujan yang lebat itu pun menjadi semakin sengit. Kedua belah pihak telah meningkatkan ilmu mereka semakin tinggi.

Sementara itu Rara Wulan benar-benar telah mengejutkan lawannya. Bahkan ketika Rara Wulan berhasil mendesak Nyi Sangga Langit beberapa langkah surut, maka Rara Wulan yang tidak memburunya itu sempat berkata, “Kau telah menipuku, Nyi Sangga Langit.”

“Kenapa aku menipumu? Apakah kau sekarang melihat bahwa ilmuku jauh lebih tinggi dari yang kau duga?”

“Tidak. Bahkan sebaliknya. Bahkan ternyata kau sama sekali bukan murid dari Perguruan Kedung Jati. Apalagi murid terpercaya, sebagaimana kau katakan.”

“Aku adalah murid terpercaya dari Ki Saba Lintang.”

“Ilmumu sama sekali tidak mencerminkan aliran dari Perguruan Kedung Jati. Ketahuilah bahwa aku adalah salah seorang murid dari pemimpin tertinggi sejati dari Perguruan Kedung Jati itu. Karena itu aku tahu bahwa kau sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan Perguruan Kedung Jati. Ilmumu terlalu kasar, karena agaknya kau sadap ilmumu dari dunia kegelapan. Betapa pun kau berusaha mengoles ilmumu dengan sikap-sikap lembut, tetapi jangan mencoba mengelabui penglihatanku atas ilmu kanuragan, karena aku mengenali berbagai macam ilmu kanuragan dari banyak aliran, termasuk aliran hitam.”

Api di Bukit Menoreh seri KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang