376

244 15 1
                                    

Api di Bukit Menoreh

Buku 376 (Seri IV Jilid 76)

 admin

11 tahun yang lalu

Iklan

“Dimana Demang yang terdahulu, Ki Sanak?” bertanya Glagah Putih.

“Tidak ada yang tahu.”

“Lalu apa perintah Ki Demang yang sekarang, entah itu atas dasar kemauannya sendiri atau perintah dari atas?”

“Ceritanya, perintah itu datang dari atas. Dari Kanjeng Adipati di Demak. Bahkan perintah itu sudah dijalankan di semua kademangan dan padukuhan di sebelah utara Pegunungan Kendeng.”

“Perintah apa?”

“Semua anak muda dan bahkan laki-laki yang masih kuat, harus ikut latihan keprajuritan yang akan diselenggarakan sepekan dua kali. Menurut para bebahu, di sebelah utara Gunung Kendeng bahkan latihan diselenggarakan sepekan tiga kali.”

Glagah Putih dan Rara Wulan saling berpandangan sejenak. Keterangan itu sesuai dengan cerita kedua orang berkuda yang semalam bermalam di penginapan itu. “Tetapi kenapa para petugas di penginapan masih belum bercerita tentang perintah untuk berlatih sepekan dua kali? Apakah mereka masih belum mendengar perintah itu?”

“Agaknya perintah itu memang belum merata,” berkata pemilik kedai itu, “baru tadi pagi aku dengar, ketika dua orang petugas dari Demak makan pagi di sini. Perintah itu baru akan berlaku mulai pekan mendatang.”

“Semua orang yang masih kuat harus ikut?”

“Ya.”

“Jika tidak mau?”

“Entahlah. Semuanya belum terjadi. Tetapi menurut kedua orang yang tadi pagi makan di sini, siapa yang menolak akan mendapat hukuman yang berat. Aku tidak tahu hukuman apa yang akan ditrapkan. Dalam waktu dekat, akan datang sekelompok prajurit yang akan memberikan latihan keprajuritan di Sima ini.”

Glagah Putih dan Rara Wulan mengangguk-angguk. Dengan nada berat Glagah Putih pun berkata, “Untunglah bahwa aku hanya singgah saja di Sima. Aku bukan menghuni kademangan ini.”

“Kau bukan orang Sima?”

“Ya.”

“Kau menginap di mana?”

“Di penginapan yang di pinggir jalan yang menuju ke gerbang padukuhan induk.”

“Semua penginapan juga akan terkena peraturan baru. Dalam keadaan yang memaksa, maka setiap penginapan harus menyediakan bilik-biliknya bagi para petugas yang datang dari Demak. Mungkin yang dimaksudkan adalah para prajurit yang akan memberikan latihan di Sima ini. Bahkan setiap penginapan tidak hanya menyediakan bilik saja, tetapi juga makan bagi mereka yang menginap di penginapan itu.”

“Penginapan itu akan mengeluh.”

“Ya. Tetapi mereka tinggal menerima atau ditutup.”

Glagah Putih dan Rara Wulan hanya dapat mengangguk-angguk saja. Agaknya Demak dan Perguruan Kedung Jati benar-benar ingin memperluas pengaruhnya ke Selatan.

“Seharusnya Pajang menaruh perhatian terhadap keadaan ini,” berkata Glagah Putih di dalam hatinya.

Setelah beberapa saat lamanya Glagah Putih dan Rara Wulan berada di kedai itu, maka pasar itu memang menjadi bertambah ramai. Tetapi tidak seramai hari-hari sebelumnya. Satu dua orang telah masuk ke dalam kedai itu pula.

Api di Bukit Menoreh seri KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang