300

380 15 0
                                    

Api di Bukit Menoreh

Buku 300 (Seri III Jilid 100)

 admin

11 tahun yang lalu

Iklan

Tetapi Glagah Putih yang sudah jemu dengan pembicaraan yang berkepanjangan itu-lah yang menyahut, “Peluang kita menjadi sama. Kalian membunuh kami, atau kami membunuh kalian.”

“Anak iblis,” geram Ki Rangga, “kau sadari apa yang kau katakan?”

“Sadar atau tidak sadar, kami tidak mempunyai pilihan lain. Kami harus mempertahankan diri dari kesewenang-wenangan. Jangan kalian mengira bahwa kami tidak mengetahui cara licik kalian. Terutama orang yang disebut Ki Rangga itu. Jika ia memberi kesempatan kami melarikan diri, itu berarti bahwa ia mempunyai alasan untuk membunuh kami. Karena itu, daripada punggung kami dipatuk oleh senjata Ki Rangga yang licik itu, biarlah kami angkat dada kami.”

“Cukup!” teriak Ki Rangga. Lalu katanya kepada para prajurit, “Aku akan membunuh mereka. Aku perintahkan kalian mengepung keduanya, agar keduanya tidak dapat benar-benar melarikan diri.”

Ki Rangga itu pun segera mulai bergeser. Yang menjadi sasaran utamanya justru Glagah Putih. Karena itu, sejenak kemudian Ki Rangga itu pun mulai menyerang.

Sementara itu, para prajurit yang lain segera mengepung Agung Sedayu dan Glagah Putih.

Serangan Ki Rangga sama sekali tidak menemui sasaran. Glagah Putih dengan cepat mengelak dengan loncatan panjang.

Namun tidak diduga sama sekali, bahwa Ki Rangga itu sekaligus telah menyerang Agung Sedayu pula. Nampaknya Ki Rangga itu berniat untuk bertempur sekaligus melawan Agung Sedayu dan Glagah Putih.

Sebenarnyalah Ki Rangga yang berilmu tinggi itu merasa terlalu yakin akan dirinya. Ia merasa bahwa ia akan dapat membunuh kedua orang prajurit Mataram itu. Meskipun dalam pertempuran di Prambanan ia sempat melihat bagaimana Agung Sedayu itu bertempur di antara prajurit-prajurit Mataram dari Pasukan Khusus.

Agung Sedayu pun dengan cepat menghindar pula, sehingga serangan Ki Rangga tidak menyentuhnya.

Berbeda dengan Agung Sedayu, Glagah Putih merasa sangat tersinggung bahwa Ki Rangga itu ingin melawan Glagah Putih dan Agung Sedayu bersama-sama. Karena itu, Glagah Putih itu pun telah meningkatkan ilmunya dengan cepat. Ia ingin memperingatkan Ki Rangga, bahwa jika ia tidak merubah niatnya, maka ia justru akan segera mati.

Dalam pada itu, ketujuh orang prajurit dan prajurit sandi itu telah mengepung tempat itu, sehingga memang sulit bagi Agung Sedayu dan Glagah Putih untuk melarikan diri. Tetapi yang terjadi benar-benar mengejutkan mereka.

Justru ketika Glagah Putih menyerang seperti banjir bandang, sehingga Ki Rangga terdesak, tiba- tiba saja Agung Sedayu telah berada di luar kepungan. Seorang prajurit terpelanting dan jatuh terlentang tanpa menyadari, apa yang telah dilakukan oleh Agung Sedayu.

Para prajurit dan kedua orang prajurit sandi itu terkejut. Sementara itu, Ki Rangga juga terkejut. Serangan Glagah Putih yang tiba-tiba dengan kecepatan yang sangat tinggi itu ternyata telah menembus pertahanannya. Serangan Glagah Putih dengan keempat jari-jari tangan kanannya yang merapat telah mengenai pundak Ki Rangga, yang sangat merendahkan lawannya itu.

Api di Bukit Menoreh seri KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang