26. Fakta Baru

3.5K 467 19
                                    

Terkadang, omongan manusia tidak dapat dipercaya.

Terkadang, omongan manusia tidak dapat dipercaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu!

Happy Reading!!

Biasanya di hari minggu pagi Mika masih bergelung dengan selimutnya dan enggan untuk bangun. Seperti biasa setelah melaksanakan shalat subuh, gadis itu akan kembali menyambung mimpinya.

Berbeda dengan minggu pagi ini, Mika sudah mandi pagi-pagi sekali bahkan sudah wangi dengan rambut panjang yang tergerai indah.

Karena tadi gadis itu tidak melakukan kegiatan apa-apa, jadilah Camila menyuruh putri bungsunya untuk menyiram tanaman yang terletak di halaman depan.

Di sinilah Mika berada, berhadapan dengan berbagai macan tanaman yang terlihat sangat terawat. Gadis itu berdiri sembari memegang selang dan dengan perlahan menyiramkannya ke arah tanaman tersebut.

Matahari yang mulai memancarkan sinarnya membuat udara pagi ini terasa hangat. Mika menyiram tanaman sembari bersenandung kecil.

"Indahnya hari ini mari bergembira ..."

Nyanyiannya terpaksa terhenti kala mendapati pria paruh baya yang menyembulkan kepalanya di gerbang rumah yang sedikit terbuka.

Melihat hal itu, buru-buru Mika menghampiri orang tersebut.

"Pak Han ada di rumah?" tanyanya.

Mika mengernyitkan dahinya bingung. "Pak Han?"

Namun seolah langsung tersadar. "Oh papa? Belum pulang katanya masih di Surabaya, Pak. Lagian Pak RT, nama papa saya 'kan Handika panggilnya pak Handika aja. Soalnya kalo manggil pak Han, saya malah jadi keinget sama Han Ji Pyeong." Karena panggilan pak RT kepada papanya itu mengingatkan Mika kepada second lead di drama Start Up.

"Han Peyong siapa?" Pak RT penasaran.

Mika tersenyum lebar. "Han Ji Pyeong, Pak bukan Han Peyong. Itu, calon suami saya."

Pak RT terlihat terkejut mendengar penuturan Mika mengenai Han Peyong itu. "Loh, kamu mau nikah muda? Mau ngelangkahin kakakmu?" Setahunya gadis yang sedang berdiri di depannya ini masih berstatus sebagai pelajar di Sekolah Menengah Atas.

Mika jadi tersenyum usil. "Iya, Pak. Ya gimana lagi orang calon saya ini kaya banget, gimana mau nolak coba," jelasnya dengan raut wajah seserius mungkin. Ah tingkat kehaluan Mika memang setinggi ini.

Pak RT tak mengira bahwa anak gadis pak Handika itu ternyata perempuan matre yang mengukur seseorang dari hartanya. Oh, atau semua anak gadis jaman sekarang memang begitu?

"Pak RT ada keperluan apa sama papa?" tanya Mika kepo. "Nanti biar saya yang sampein ke papa."

"Ah, iya hampir aja saya lupa. Saya ke sini niatnya mau ngobrolin tentang kegiatan mingguan di komplek kita. Karena pak Handikanya gak ada, nanti saja kalo beliau sudah pulang."

MIKADO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang