Extra Part 5

4.4K 523 42
                                    

Sorry for typo:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorry for typo:)

Happy Reading<3

***

Seorang pria paruh baya nampak tengah kesusahan karena membawa kantung belanjaan besar di tangan kanannya. Sementara tangan kirinya dipergunakan untuk menggendong balita perempuan.

Mencoba untuk mengambil ponsel di saku dengan tangan kirinya, namun hal itu tentu sangat sulit untuk dilakukan.

"Anin turun dulu, ya. Papa mau ambil handphone kita harus pesan taksi dulu," tutur pria itu.

Balita dengan rambut mirip tokoh kartun Dora itu mengangguk. "Anin mau pulang. Anin mau makan coklat."

Pria itu tersenyum, menurunkan balita itu dari gendongannya dan mengusap pucuk kepala si balita.

Kehidupannya tiga tahun belakangan ini tidak bisa dikatakan baik. Kebahagiaan satu-satunya yang ia miliki sekarang adalah sosok mungil yang sekarang tengah menatapnya dengan binar polos.

Setelah bercerai dengan mantan istrinya, ia memilih memutus semua akses komunikasi dengan sang mantan istri dan juga kedua anaknya. Perpisahannya dengan mantan istri meninggalkan rasa sakit tersendiri untuk mereka serta rasa penyesalan yang mendalam untuk dirinya sendiri.

Ia terlalu pengecut dan tidak percaya diri untuk menampakkan batang hidungnya di hadapan mereka.

Hari-hari di tahun pertama setelah bercerai merupakan hari yang berat bagi Handika. Tatapan kekecewaan dari putri keduanya selalu berputar di kepala pria itu. Lalu sorot penuh kebencian yang terpancar dari putra sulungnya membuat ia selalu diselimuti rasa bersalah.

Bahkan karena skandal perselingkuhannya yang sudah tersebar di penjuru kantor, membuat karier Handika tak sejaya dulu. Jabatan yang dulu ia bangga-banggakan kini hanya tinggal kenangan, kekayaan yang ia miliki kini hanya tersisa sebagian kecil. Handika diturunkan dari jabatannya terdahulu.

Namun dibalik keterpurukannya, ada hal yang patut ia syukuri, yaitu putri ketiganya lahir dalam keadaan sehat tanpa kekurangan sedikit pun.

"Anin, ayo Papa gendong lagi. Taksinya sudah ada di depan."

Hanindya Pratiwi. Balita berusia tiga setengah tahun itu adalah penguatnya. Setelah Ratna, istri keduanya juga memilih untuk berpisah dengan Handika. Alasannya karena keadaan ekonomi yang tak kunjung membaik. Atau lebih tepatnya tak bisa kembali seperti dulu.

"Papa, kenapa mama tidak mau main sama Anin lagi?"

Handika terenyuh mendengar pertanyaan polos dari bibir mungil itu. Karena setelah resmi berpisah satu setengah tahun lalu, Ratna benar-benar melepas tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MIKADO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang