Aku berharap setelah semua ini aku langsung terbangun dari tidurku. Namun ternyata aku salah, rasa sakit ini benar-benar nyata.
Vote dulu!!
Happy Reading!!
Mika dan Aldo masih berada di mal. Mereka berniat untuk membeli parfum yang tadi sudah Mika katakan, karena katanya parfum gadis itu sudah habis.
Mika sesekali tertawa mendengar celotehan Aldo. Pemuda itu menceritakan hukuman yang diberikan sang mami kepadanya dan Bian, karena mereka berkelahi di sekolah waktu itu.
"Terus sekarang masih tidur bareng?" sahut Mika penasaran.
Bibir Aldo mengerucut dengan tangan yang masih hinggap di bahu Mika, mereka tampak seperti sepasang kekasih. "Iya."
Mika kembali tertawa. "Aku kira kamu berangkat bareng kak Bian atas kemauan kalian. Eh ternyata dipaksa sama tante Wina."
Mata Aldo sontak membulat. "Kamu tau nama mami? Padahal aku belum pernah cerita."
"Iya. Aku sering chattingan sama mami kamu," sahut Mika.
"Beneran?" tanya Aldo tak percaya.
"Iyaa ih. Malah mami kamu nyuruh aku buat main ke rumah," timpal Mika sungguh-sungguh.
"Kapan mau ke rumah aku?" cecar Aldo dengan mata berbinar.
"Kapan-kapan," balas Mika bercanda.
Aldo mendengus, lalu selanjutnya berubah mesem-mesem sendiri. Hal itu tentu saja membuat Mika menatap Aldo bingung.
"Kenapa?"
"Seneng aja. Mami udah akrab sama calon mantunya." Aldo tersenyum menggoda.
Mau tak mau Mika ikut mengangkat sudut bibirnya. "Iihhh apa sih..." Mika jadi malu sendiri.
Selanjutnya mereka kembali berjalan dengan sesekali saling melempar tawa.
Mika yang sedang asik tertawa tiba-tiba langsung memfokuskan penglihatannya pada objek yang ada di depan. Tubuh gadis itu tiba-tiba menegang, terlebih dengan pikiran buruk yang hinggap di kepalanya. Mika takut mimpi buruk yang selama ini menghatuinya menjadi kenyataan.
"Kenapa, Kay?" tanya Aldo melihat gestur gelisah Mika.
Mika tidak menjawab, gadis itu malah semakin mempercepat langkahnya sehingga membuat rangkulan Aldo di bahunya terlepas.
Mika berhenti tak jauh dari objek yang sedari tadi ia perhatikan. Hatinya seperti di remas kuat, napasnya naik turun, di kedua sudut matanya air mata menetes membasahi pipi. Mika menangis.
Aldo yang melihat itu langsung menghampiri Mika dengan tergesa-gesa. "Ada apa, Kay?" tanya Aldo dengan nada khawatir.
"Papa sama selingkuhannya lagi. Papa bohongin aku, Nal." Mika menunjuk objek di depannya, yang masih tidak menyadari kehadiran Mika.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKADO [END]
Teen FictionMika tuh sukanya sama si Ketua OSIS. Tapi kenapa malah si Kapten Basket yang mepetin dia? Belum lagi, si mantan pelitnya malah nampakin wujudnya lagi setelah satu tahun gak ketemu. Ini tentang mereka yang tak sengaja dipertemukan kembali -MIKADO **...