31. Jalan Bareng

3.3K 468 22
                                    

Hanya bersamamu aku bisa bersikap lepas tanpa merasa sungkan.

Hanya bersamamu aku bisa bersikap lepas tanpa merasa sungkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu!!

Happy Reading!!

"Mau Abang anter?" Pertanyaan yang Duta lontarkan membuat langkah gadis dengan sweater baby pink itu terhenti.

Mika menoleh. "Gak usah," balasnya singkat.

Mendengar jawaban singkat yang keluar dari mulut sang adik membuat Duta beranjak dari tempat duduknya, berniat menghampiri gadis dengan rambut panjang digerai itu.

"Kamu masih marah sama Abang?"

Mika menatap Duta sekilas, lalu menggeleng. "Aku gak marah."

"Tapi kamu gak mau Abang anter," sanggah Duta.

Mika mengehela napas, mengapa pemuda di depannya tidak mengerti apa maksud dia. "Kay udah ngomong sama Abang, kalo Kay gak mau minta tolong sama Abang lagi. Kay orangnya suka ngerepotin," terangnya, lalu menatap ekspresi tak terbaca pemuda itu.

"Lagian temen Kay mau jemput," lanjutnya.

Duta seketika bungkam. Kali ini adiknya benar-benar marah. Mungkin Mika merasa ia tak memperdulikannya, padahal salah. Duta sangat peduli kepada adik satu-satunya itu. Justru Duta sangat menyayangi Mika.

Bahkan beberapa hari ini Mika hanya berbicara seperlunya dan membalas pertanyaanya dengan kalimat singkat. Biasanya tidak, gadis itu akan merecoki ketenangan Duta.

Ini salahnya, kejadian pagi itu menjadi awal mula sikap Mika berubah terhadap dirinya. Duta hanya ingin menepati janjinya kepada Caramel untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat ayah perempuan itu dirawat. Duta tak menyangka akan terjadi hal semacam ini.

Duta masih ingat tatapan dingin yang Mika berikan kepadanya kala itu, dibarengi dengan ucapan bahwa gadis itu tidak akan meminta pertolongan kepadanya.

Terbukti beberapa hari ini Mika sudah berangkat ke sekolah pada saat Duta baru bangun tidur. Mika benar-benar menepati ucapannya.

"Maafin Abang. Waktu itu buru-buru banget. Cara--"

"Caramel butuh abang, abang udah janji sama Caramel, Caramel udah nungguin." Dengan cepat Mika memotong ucapan Duta.

"Udahlah. Bukan harusnya Abang seneng Kay gak ngerecokin Abang lagi."

Awalnya Duta berpikir begitu. Tetapi nyatanya tidak, bermusuhan dalam artian yang sebenarnya dengan Mika sangat tidak mengenakkan. Adiknya itu lebih sering diam bahkan meskipun sang papa ada di rumah, akhir-akhir ini Mika selalu mengurung diri di kamar.

"Bukan gitu. Abang cuman pengen kita akur. Udahan ya marahnya. Abang tambahin uang jajan, mau?" bujuk Duta.

Mika terdiam beberapa saat, membuat Duta penasaran respons apa yang akan Mika berikan. "Gak usah. Kay masih punya uang. Kay berangkat, assalamualaikum."

MIKADO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang