35. Permainan Hati

3K 439 16
                                    

Seharusnya aku tak menyimpan harapan lagi padamu. Karena nyatanya, kamu hanya mempermainkam hatiku.

Vote dulu!!

Happy Reading!!

Seorang wanita paruh baya tampak tengah berdiri di depan rumah yang halamannya dipenuhi oleh berbagai macam tanaman. Tangannya sibuk memegang selang yang ia gunakan untuk menyiram tanaman miliknya, yang sudah ia rawat sepenuh hati dan ia anggap seperti anak sendiri.

Tin... tin...

Suara klakson mobil yang dua kali berbunyi itu mengintrupsi kegiatannya, dengan sigap wanita itu berjalan menuju gerbang dan membuka gerbang tersebut.

Muncul mobil berwarna hitam berjalan memasuki pekarang rumah yang didominasi warna putih itu, lalu berhenti tepat di garasi. Di dalam garasinya terdapat satu buah mobil dan satu buah sepeda motor milik putra sulungnya.

Si wanita berjalan tergopoh menghampiri sang suami yang baru saja turun dari mobil itu.

"Kita harus bicara, Mas."

Pria paruh baya itu memperhatikan raut datar sang istri, lalu kemudian mengangguk. "Baik."

Mereka berjalan menuju kamar utama di rumah yang terbilang cukup besar ini. Dengan si istri yang memimpin langkah.

"Kenapa semalem kamu gak datang, Mas? Kamu udah gak peduli lagi sama Kayla?" cecar Camila beruntun.

"Mas ada keperluan mendadak," balas Handika.

"Terus sampai kamu ngecewain Kayla? Kamu tau gak sih, Mas? Kayla semalam keliatan kecewa baget sama kamu, dia sampe pulang sebelum acaranya selesai. Padahal kamu tau 'kan itu acara sweet seventeen-nya Kayla. Dia sama sekali gak keliatan bahagia setelah tau kalau kamu gak bisa datang. Yang bikin aku sedih, dia diam-diam nangis semaleman sampe ketiduran, padahal seharusnya Kayla itu seneng-seneng." Camila menarik napas sejenak. "Pertama kalinya kamu gak hadir di acara ulang tahun dia, kamu sadar gak sih udah bikin dia kecewa banget," tutur Camila panjang lebar dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Mas minta maaf. Mas salah. Ada sesuatu yang harus Mas urus." Handika tampak menyesal.

"Mas seharunya minta maaf sama Kayla, bukan sama aku. Terus nanti kamu harus ngasih alesan apa sama dia? Aku tau, Mas, semalem kamu gak dateng bukan karena pekerjaan, 'kan? Pasti karena perempuan itu. Bahkan sampai kamu gak pulang," tutur Camila dengan suara lirih.

Handika tak menjawab, lidahnya terlalu kelu untuk sekedar mengucapkan sepatah kata pun.

Camila menyeka air matanya yang mulai menetes. "Aku udah bilang sama kamu. Gak papa kamu gak peduli lagi sama aku. Gak papa kamu gak nganggep aku istri kalo di belakang anak-anak. Tapi tolong, Mas, kamu tetap sayangi Kayla dam Duta seperti dulu. Minimal sampai mereka mengerti tentang hubungan orang tuanya."

MIKADO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang