Aku terlalu fokus untuk menjaga perasaanku, tanpa sadar aku melukai perasaan orang lain.
Happy Reading!
Mika mengusap pelan peluh yang menetes di dahinya, ia merasa wajahnya sudah terbakar oleh panas terik matahari pada siang hari ini yang terasa sangat menyengat kulit. Permainan bola volinya hanya tersisa lima menit lagi, entah tim mana yang menang karena memang tidak ada yang menghitung.
Melihat bola yang sedang diambil oleh Siska, selaku lawannya. Hal itu dimanfaatkan Mika untuk membenarkan kunciran rambutnya yang sudah mulai memudar.
Sebisa mungkin, tanpa bercermin Mika merapihkan rambut yang berjatuhan. Huh, memang merepotkan jika mempunyai rambut panjang. Ingin memotongnya tetapi Camila melarang. Katanya rambut Mika sangat cantik, sayang kalau dipotong.
Bugh.
Tanpa memperhatikan keadaan, Mika langsung terduduk seraya memegangi kepalanya yang terasa sangat pening. Selain itu Mika juga terkejut karena bola yang tiba-tiba menghantam kepalanya.
"Mika, kamu gak papa? Pusing gak?" Yura tergopoh-gopoh menghampiri Mika dan langsung melontarkan pertanyaan bertubi-tubi.
Mika meringis, merasakan pening dikepalanya yang semakin menjadi.
Tak mendapat respons dari Mika, Yura langsung berjalan ke tengah lapangan untuk menghampiri seseorang. "Siska, kamu sengaja ya ngarahin bolanya ke Mika?!" tuntut Yura.
"Apasih? orang gue gak sengaja," sanggah Siska seraya berjalan mendekati si lawan bicara. Hanya net yang menjadi penghalang di antara mereka.
"Kamu, 'kan liat kalo Mika lagi ngiket rambut, terus kenapa malah senyum pas bola kena ke kepala dia?!" Pasalnya tadi Yura melihat, Siska tampak sengaja mengarahkan bola agar mengenai Mika.
"Lo kok nyalahin gue sih? Orang Mikanya juga, kenapa benerin rambut di tengah lapang." Siska masih tak terima atas tuduhan yang dilayangkan oleh Yura.
"Rambut Mika udah ngalangin mata makanya dia ngebenerin. Terus aku harus nyalahin siapa? Nyalahin pak Deni gitu?" Karena kelewat kesal, Yura jadi membawa nama guru olahraganya itu.
Siska yang tak menyangka sekaligus geram karena gadis sepolos Yura mengatakan hal semacam itu. Sontak saja Siska langsung mengarahkan tangannya untuk menjambak rambut gadis itu. Pasti gadis itu sudah tertular sikap bar-bar Mika.
Sebelum tangan Siska mengenai rambut Yura, gadis itu sudah ditarik mundur oleh Yasa, sang pacar.
"Udah, Yur. Biarin aja." Yasa mengusap pelan punggung gadisnya agar emosinya mereda.
"Tapi Siska nyebelin, Yas. Dia sengaja tau ngarahin bolanya ke kepala Mika."
Yasa mengangguk agar pacarnya tidak semakin mengamuk. "Ayo! Anterin Mika ke UKS."
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKADO [END]
Ficção AdolescenteMika tuh sukanya sama si Ketua OSIS. Tapi kenapa malah si Kapten Basket yang mepetin dia? Belum lagi, si mantan pelitnya malah nampakin wujudnya lagi setelah satu tahun gak ketemu. Ini tentang mereka yang tak sengaja dipertemukan kembali -MIKADO **...