Ini adalah patah hati yang paling menyakinkan di antara patah hati yang pernah ku alami.
Vote dulu!
Happy Reading!!
Mika mematikan sambungan di ponselnya sesaat setelah Handika berbalik dengan raut wajah terkejut. Gadis itu memegangi dadanya yang kian sesak. Bagaimana bisa papanya yang selama ini ia idolakan melakukan hal hina semacam ini. Itu sama sekali tidak terpikir di kepalanya.
Bahkan, selama ini Mika selalu menunggu kepulangan pria paruh baya itu. Karena memang semenjak mereka kembali ke kota ini, sang papa sangat jarang berada di rumah. Bahkan dapat terhitung oleh jari, Handika mengikuti makan malam bersama.
Apa alasannya karena ini?
Mika kembali mengusap air matanya, gadis itu masih mematung tak percaya. Tak sanggup membayangkan bagaimana perasaan mamanya jika mengetahui hal semenyakitkan ini.
Mika kembali melihat ke arah papanya yang tampak sedang berbicara kepada wanita itu. Bahkan lihat, wanita itu menoleh hanya untuk melihat dirinya.
Apakah wanita itu tidak merasa bersalah menjalin hubungan dengan laki-laki yang sudah beristri dan juga anak? Bahkan sampai tega mematahkan hati seorang anak perempuan.
Wanita yang memakai blouse berwarna biru muda itu mengangguk sesaat setelah Handika berbicara. Lalu, pria paruh baya itu berjalan ke arah di mana Mika berada.
Gadis itu langsung memasukkan ponsel ke dalam tas, berniat untuk segera keluar dari tempat ini. Mika perlu waktu untuk mencerna apa yang sekarang terjadi.
Namun rencananya gagal, sebab Handika sudah berdiri menjulang di hadapannya dengan raut wajah terlihat bersalah.
"Pulang sama Papa. Nanti Papa jelasin." Handika merangkul pundak sang putri.
Mika tak menolak, tak juga mengeluarkan sepatah kata pun untuk merespons ucapan Handika, sampai akhirnya mereka tiba di dalam mobil milik pria itu.
Handika menatap wajah putrinya dengan tatapan yang sama. "Papa minta maaf," tutur Handika terlihat sangat bersalah.
Mika tak menjawab, gadis itu lebih memilih untuk membuang muka ke arah samping dengan air mata yang masih menetes di pipinya. Mika tidak kuat.
"Papa udah bohongin kamu, mama, sama abang. Maaf ..."
"Tante yang tadi siapa?" Mika tak menjawab, gadis itu malah balik bertanya dengan suara serak. Namun Handika hanya bergeming.
Seketika Handika merasa kerongkongannya kering. "Maaf ..." hanya kata itu yang mampu pria itu ucapkan.
Namun sepertinya itu bukan jawaban yang Mika inginkan.
"Kay selalu nungguin Papa pulang," ujarnya parau. "Tapi Papa gak dateng."
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKADO [END]
Teen FictionMika tuh sukanya sama si Ketua OSIS. Tapi kenapa malah si Kapten Basket yang mepetin dia? Belum lagi, si mantan pelitnya malah nampakin wujudnya lagi setelah satu tahun gak ketemu. Ini tentang mereka yang tak sengaja dipertemukan kembali -MIKADO **...