Aku benci menampilkan kesedihan di hadapan orang yang telah menorehkan luka padaku.
Vote dulu!!
Happy Reading!!
Setelah mengambil tas di kelasnya, Mika langsung berjalan menuju mobil milik Duta dengan Aldo yang setia mengekor di belakangnya.
Bahkan saat teman sekelasnya memberondong Mika dengan berbagai macam pertanyaan, Aldo yang dengan sabar menjelaskan kepada teman sekelasnya itu.
Tadi Aidan, Yasa, dan Yura mengajak Mika untuk hangout bersama, dengan semangat Mika mengiyakan ajakan mereka. Tentu saja hal itu membuat ketiganya bingung, Mika terlihat tidak ada sedihnya sama sekali setelah peristiwa yang dihadapinya. Dan meskipun di wajahnya ada banyak bekas cakaran, Mika masih tetap santai.
Mika memerhatikan sekelilingnya, ia tak mendapati keberadaan Siska di sini. Mungkin jika gadis itu sedang menunggu ibunya di ruang BK. Anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya, saking berbaktinya sampai kelakuannya hampir sama. Bedanya Siska tidak mengambil milik orang lain upss...
"Kamu gak masuk kelas, Nal? Pelajaran PKn bentar lagi, loh. Bu Desi, tadi aku liat beliau hadir," seloroh Mika yang sudah duduk di kursi belakang, sedangkan Aldo berdiri menjulang di samping mobil dengan kaca terbuka, yang membuat mereka bisa saling berhadapan.
"Bentar lagi, ada lima belas menit buat nungguin sampe kamu pulang. Aku di sini aja dulu," balas pemuda itu kalem.
"Tapi 'kan, panas. Naik sini, nanti kalo mama aku udah dateng kamu turun lagi." Mika bersiap untuk membuka pintu mobil.
"Gak usah elah. Ribet banget sih, biarin aja dia begitu," sambar Duta yang kini tengah duduk di bangku kemudi.
"Kasian, Bang, Renal kepanasan. Abang kok tega banget sih sama dia, padahal dia udah bantuin aku dari tadi," kata Mika tak terima.
"Halah... dia tuh bukan baik, cuman karena bucin sama kamu makanya begitu. Coba kalo orangnya bukan kamu, mana mau dia ngelakuin banyak hal, mulai dari misahin cewek berantem sampe panas-panasan kayak gini. Apa aja dilakuin kalo bukan buat pujaan hati," cerocos Duta pedas.
"Gak papa, Kay." Sebenarnya Aldo sudah kepanasan, terlihat dari keringat yang sudah menetes di dahinya. Tapi tidak apa, untuk Mika semua akan Aldo lakukan, sekali pun harus mendaki gunung dan menyelami lautan. Terdengar lebay memang.
"Tuh gak papa katanya. Dia tadi juga bilang mau bantu-bantu di Neandro. Iya, 'kan, Bobu?"
"Bobu?"
"Bocah bucin haha ..."
"Abang ihh!!"
Duta tertawa keras sembari melirik Mika dan Aldo bergantian lewat kaca. Namun seketika tawanya terhenti ketika melihat pintu mobil yang berada di sampingnya terbuka, menampilkan pria paruh baya yang kini berjalan ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKADO [END]
Teen FictionMika tuh sukanya sama si Ketua OSIS. Tapi kenapa malah si Kapten Basket yang mepetin dia? Belum lagi, si mantan pelitnya malah nampakin wujudnya lagi setelah satu tahun gak ketemu. Ini tentang mereka yang tak sengaja dipertemukan kembali -MIKADO **...