30. Pengakuan Bian

3.5K 460 12
                                    

Terkadang ada hal yang harus kita ungkapkan pada orang lain dan hal yang harus kita simpan sediri. Karena pada kenyataannya, tidak semua orang akan mengerti.

 Karena pada kenyataannya, tidak semua orang akan mengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu!!

Happy Reading!!

"Makasih banyak ya, Raga. Gak tau lagi harus gimana kalo gak ada elo." Mika menyodorkan helm milik pemuda itu.

Ya, orang yang tadi menawarkan tumpangan kepada Mika adalah Raga. Mereka baru saling mengenal, namun sudah seakrab ini.

Bahkan semalam Mika dan Raga saling bertukar pesan hingga larut malam. Raga menemani Mika yang tidak bisa tertidur karena terus menangis dan overthinking.

Pesan lucu yang dikirimkan Raga sedikit mampu mengalihkan pikiran buruk tentang apa yang Mika takutkan.

"Santai aja, Mik. Sana gih masuk! Mau ditutup tuh gerbangnya," sahut Raga karena menyadari bahwa gerbang sekolah Mika akan ditutup.

Mika menoleh ke belakang. "Ah iya ... sekali lagi makasih. Dadah." Gadis itu berjalan mundur sembari melambaikan tangan kepada Raga. Lalu sepersekian detik selanjutnya berbalik.

"Pak... tunggu!! Tunggu!!" pekik Mika sebelum gerbang benar-benar tertutup.

Sementara Raga yang menyaksikan hal itu terkekeh sembari geleng-geleng kepala. Tingkah Mika menurutnya benar-benar menggemaskan.

Setelah memastikan gadis itu masuk, Raga melirik arloji yang terpasang di tangannya. Gerbang SMA Bhakti pasti sudah ditutup. Ia sudah terlambat. Tapi tak apa, toh terlambat adalah bakatnya selain membuat kekacauan.

Raga memilih untuk memacu sepeda motor menuju tempat ia menuntut ilmu selama kurang lebih dua tahun ini, sesaat setelah menggunakkan helm hitam miliknya.

***

Mika berdiri di ambang pintu dengan dada yang naik turun. Gadis itu berlari secepat kilat, karena mendapati koridor yang sudah sangat sepi.

Sontak hal itu membuat Mika menjadi pusat perhatian seisi kelas dan membuat gadis itu berdiri dengan salah tingkah. Untuk menutupinya, Mika langsung menampilkan cengiran lebarnya.

"Masuk, Mikayla!"

Baritom tegas tersebut mampu membuat Mika terpelonjak. Di belakang Mika sudah ada pak Salim berdiri menjulang dengan buku absensi diapit di lengan kirinya.

Mika nyengir, lalu menyodorkan tangan bermaksud untuk menyalimi guru matematika tersebut. "Selamat pagi, Pak."

"Telat kamu?" cecar pak Salim galak.

Mika menggeleng. "Eng-enggak kok, Pak. Saya cuman tepat waktu aja."

Sebagian teman sekelas Mika tertawa mendengar penuturan polos gadis itu. Sementara Mika hanya meringis karena mendapatkan tatapan tajam dari pak Salim.

MIKADO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang