27. Hantaman

3.3K 465 18
                                    

Aku kembali menyaksikan kebohongan yang menyakitkan.

Aku kembali menyaksikan kebohongan yang menyakitkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu!!

Happy Reading!!


Waktu menunjukan pukul satu dini hari. Cowok dengan celana jeans hitam yang dipadukan dengan kaos oblong warna putih, tak lupa jaket hitam yang membalutinya. Sedang berjalan mengendap-endap seolah tak ingin ada yang mendengar langkah kakinya.

Lampu tengah rumahnya sudah padam, pertanda bahwa penghuni rumah sudah terlelap ke alam mimpi. Cowok itu menenteng sepatu di tangan kirinya, serta tangan kanannya digunakan untuk memijit kepala yang terasa pening.

Ia menyesal karena telah tergoda untuk mencicipi miuman alkohol yang ditawarkan temannya dan mengakibatkan pening menghujami kepala.

Saat kaki kanannya menginjak anak tangga pertama, seketika lampu rumah besar itu menyala. Seorang pria paruh baya berjalan menghampiri pemuda itu, yang tak lain adalah putranya.

"Dari mana saja kamu? Kenapa jam segini baru pulang?" Bariton tegas itu membuat si cowok otomatis mengurungkan langkahnya, disusul dengan membalikan tubuh tegapnya.

Dito, cowok itu. Mendengus dan berniat untuk kembali melangkah tanpa menghiraukan tatapan tajam sang papa.

"Kenapa jam segini baru pulang?" Candra mengulang kembali pertanyaan dengan nada menuntut.

"Gak usah peduliin aku," ketusnya.

Candra semakin menatap tajam putranya. "Kamu anak Papa. Papa peduli sama kamu," balasnya jujur. "Kamu minum?" tanya pria itu, walaupun mereka berdiri berjauhan Candra bisa melihat mata merah sang putra.

"Jangan bertingkah seolah Papa peduli sama aku. Mau minum atau enggak itu urusan aku. Aku tau apa yang Papa lakuin di belakang mama."

"Papa cuma takut, dengan seringnya kamu minum dan merokok seperti itu bisa merusak kesehatan kamu ... Dan kamu gak tau tentang apa yang Papa lakukan."

Dito menatap Candra tanpa ekspresi. "Aku tau, Pa. Aku tau. Papa bahkan ngasih marga Kusuma di belakang nama dia."

"Papa juga sering berkunjung buat nemuin ibunya, 'kan? Aku tau semuanya, Pa," lanjutnya.

"Kamu salah paham, Dito. Kamu gak tau apa-apa."

Dito menatap Candra datar. "Terus aja bohong."

Candra terdiam, pria paruh baya itu mulai geram dengan tingkah keras kepala putranya. "KAMU GAK TAU APA-APA, ARDHITO!!"

Dito tersenyum sinis, bahkan papanya tega untuk membentaknya. Bagi Dito itu sudah biasa, memang jika mereka berada di tempat yang sama dan hanya berdua selalu terjadi hal seperti ini. Beda hal jika ada Ellena bersama mereka, ayah dan anak itu akan terlihat seperti keluarga yang harmonis dan kompak.

MIKADO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang