Chapter 29

17 4 3
                                    

Seminggu Lalu



"Ada apa kau memintaku datang kesekolah saat akhir pecan Jiae-ssi?" Yoongi bertanya dengan datar saat melihat sosok Jiae yang mendeka kearahnya.

Bukanya menjawab Jiae justru berjalan cepat kearah Yoongi bahkan ia sedikit berlari pelan dengan wajah dan ekspresi yang tidak bisa lagi membendung kesedihannya. Yoongi bingung, ia bahkan tidak tahu harus melakukan apa selain menangkap Jiae dalam dekapannya.

Dengan kebingungan yang teramat sangat bersarang di kepalanya Yoongi masih terdiam dengan gerakan Jiae yang secara tiba-tiba ini, namun sedikit kemudian ia mulai membalas pelukkan itu bahkan ia memberikan setuhan untuk menyalurkan ketenangan disana.

"Apa ini benar kau Yoongi-ah?" Jiae membuka suaranya di tengah isakan pelannya di dalam dekapan Yoongi. Yoongi menganggukkan kepalanya "Hm ini aku".

Mendengar itu membuat Jiae makin mempererat pelukkannya, "Maafkan aku baru muncul" Jiae mengendurkan pelukkannya dan mulai menatap kearah Yoongi dengan mata yang penuh dengan linangan air mata, "Tidak apa, setidaknya ini benar kau".

"Lebih baik kita menjauh dari area sekolah, disini sangat berbahaya walaupun hanya di depan gerbang" dengan tindakan secepat kilat Yoongi langsung meraih tangan pucat Jiae untuk ia genggam dan mengajaknya masuk kedalam mobil miliknya.

Sekitar 15 menit waktu yang di perlukan oleh Yoongi mencari tempat yang ia anggap aman, dan tempat itu berada tepat disebuah lorong yang berada di bawah jembatan dekat sungai Han.

Sesampainya Yoongi tidak langsung bertanya banyak hal, ia justru memberikan Jiae minuman yang memang ia letakkan di dalam mobilnya. Keduanya tidak keluar dari mobil tersebut, mereka hanya diam duduk di kursi mereka masing-masing.

"Sejak kapan kau mengetahui perihalku?" Yoongi membuka suara lebih dulu.

Jiae terdiam sejenak dengan menghela nafas yang lumayan kencang, "Awalnya aku hanya berfikir jika kalian hanya mirip, namun matamu tidak bisa berbohong, aku dapat melihat semuanya hanya dengan menatapmu" Jiae memberanikan dirinya untuk menatap Yoongi kali ini.

"Apa alasanmu kemari? Kenapa kau malah mendatangkan dirimu pada bahaya?" Jiae bertanya dengan penuh kekhawatiran.

Yoongi membalas tatapan Jiae dengan lebih ramah dan bersahabat, "Jawab aku dulu kau tahu aku bukan seorang guru sejak kapan?".

Jiae menundukkan kepalanya sebentar, lalu menatap Yoongi lagi, "Kau ingat saat kita bertemu di ruang guru dan aku menghindarimu?"

Yoongi sedikit mengingat sesuatu akan itu, "Ah jadi kau tahu dari komputerku yang terbuka bukan?"

Jiae mengangguk, "Kau tahu kau hampir membunuh dirimu sendiri jika orang lainlah yang melihatnya"

"Ya untungnya kaulah yang melihatnya, bukan orang lain"

Jiae kehabisan kata-kata dengan apa yang ia dengar dimana Yoongi terdengar sangat santai perihal ia mengetahui sebuah fakta akan dirinya yang sebenarnya.

"Jadi apa kau mengajakku bertemu untuk mengatakan ini saja? Kau ingin mematikan saja bahwa ini adalah aku yang sesungguhnya begitu?" Yoongi bertanya dengan sungguh-sungguh kali ini.

"Tidak, lebih tepatnya aku ingin menawarkan diri untuk menjadi informanmu" Jiae mengatakan itu dengan sangat mantap.

"Jiji-ah" Yoongi memanggil Jiae dengan panggilan yang sangat di rindukan oleh Jiae pastinya. "Kau tahu kan ini sangat beresiko?".

Jiae kembali mengangguk dengan mantap, "Aku tahu, tapi apa kau yakin saat melakukan pekerjaan itu bisa tanpa sebuah informan dan juga saksi", dengan sekali tembak Yoongi kalah, informan dan saksi adalah hal yang penting dalam menyelesaikan misi ini.

Secret Mission ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang