59

74 21 8
                                    

“Sudah dengar tentang pesta yang akan diadakan oleh pihak kampus?” Niall berkata dengan antusias padaku. Aku sedikit terkekeh melihat mulutnya yang bahkan masih penuh dengan biscuit cokelat kesukaannya.

Aku mengangguk padanya. “Yeah aku sudah dengar, kapan akan diadakan?”

“Umm kurang dari dua minggu dari sekarang.” Louis menyahut tanpa mengindahkan pandangannya dari layar televisi besar yang menampilkan permainan adu balap, “Oh shit, awas kau Harrold!” ia mengumpat saat Harry berhasil melewatinya.

“Dasar noob! Mengaku saja jika tidak bisa main!” Louis menggeram. “Tutup mulut besarmu itu, man!”

“Ah kau sudah mengaku kalah? Aku sudah menduganya dari awal.”

Just shut up!”

What the fuck?! Zayn?!” aku sontak terkekeh saat Harry juga Louis mengumpat bersamaan ketika mobil Pangeran mendahului mereka. “Salah kalian sendiri cerewet.”

Sedangkan Liam hanya menggeleng pelan melihat ketiga temannya yang masih terlihat kekanakan dan lanjut meminum teh hangatnya.

Yeah kini kami—aku dan the boys tengah bersantai di hari minggu. Mereka datang tepat setelah aku selesai menemani Pangeran berkuda, dan tanpa tahu malu menyuruh para pelayan untuk membawakan makanan juga minuman untuk mereka. Dan tak bisa dipungkiri aku merasa senang dengan suasana friendly seperti ini.

“Kau pasti akan datangkan Selena?” Liam membuka suara setelah keheningan cukup lama, aku melirik pada Pangeran yang tiba-tiba saja menatapku, dengan cepat kualihkan pandanganku pada Liam lalu mengangguk. “Ya sepertinya aku akan datang.”

“Wah aku tak sabar untuk melewati pesta itu, sudah cukup lama kampus tak mengadakannya, terakhir adalah dua tahun yang lalu.” Harry tiba-tiba berceletuk. Melihat layar televisi yang menampilkan ‘game over’ membuatku paham mengapa ia duduk di sofa dan mulai mengambil keripik yang tengah di makan Niall.

Sialan! Ambil milikmu sendiri!”



***


“A-apa? Memandikan Arrow?” aku meyakinkan pendengaranku dengan bertanya padanya yang kini menatapku datar.

“Aku tak tahu kau memiliki penyakit tuli.”

Oh sial, ia masih tetap menyebalkan.

Dan di detik selanjutnya terukir senyuman dengan kekehan kecil yang keluar darinya ketika menyadari aku mendengus pelan. Membuatku terpaku untuk beberapa detik.

Sungguh walaupun ini sudah kesekian kalinya aku melihat senyuman itu. Tetap saja aku tidak bisa membiasakan diriku untuk tidak terpesona pada senyuman manisnya.

“Sudahlah ayo, berhenti membuang waktu.” yang dapat kurasakan selanjutnya adalah rasa hangat dari telapak tangan besarnya yang menggenggam lembut tanganku; menarikku untuk mengikutinya keluar menuju taman dimana kandang kuda berada.

Kurasakan pipiku memanas, dan senyuman kecil tak bisa kutahan untuk tidak terukir di bibirku. Membiarkan rasa berdebar dari jantungku menemani perjalanan menuju kandang kuda.

Tak menunggu lama kami telah sampai tepat di sebuah tempat khusus untuk memandikan kuda. Dan aku dapat melihat Arrow yang menghampiri kami dengan cukup cepat sebelum mendekat padaku yang membuatku tersenyum sembari memeluk lehernya.

“Wah kini kau mengabaikanku, hm?” Pangeran berceletuk, dan entah bagaimana kuda putih itu seolah mengerti dan beralih menuju Pangeran yang pura-pura cemberut di sampingku.

Arrogant Prince [Z.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang