"Are you alright?"
"As you see,"
Detik berikutnya aku merasakan sebuah pelukan hangat nan tulus. Sangat nyaman. Sejenak aku dapat melupakan semua masalah yang menimpaku.
"Kumohon, jangan menjadi lemah seperti ini. Aku tahu kau adalah gadis yang kuat, kau adalah gadis yang paling kuat yang pernah kutemui. Aku tahu masalah yang sedang menimpamu sangatlah berat, namun jangan lupakan aku yang akan selalu berada di sisimu. Kau mengerti?"
Gadis pirang di hadapanku menangkup wajahku yang sebelumnya sangat berantakan. Aku hanya bisa menatapnya dengan mata yang redup.
Helaan napasnya kembali terdengar, hatiku merasa sedih mendengarnya. Tetapi apa yang bisa kulakukan? Aku benar-benar lelah.
Ini adalah hari pertamaku kembali berkuliah, dan belum sepuluh menit aku menginjakkan kakiku di dalam kampus, perlakuan tidak mengenakkan telah menyambutku. Dan untunglah Nica berada di sana. Jika tidak, aku tak akan tahu apa yang akan terjadi padaku.
"Jika kau masih merasa belum membaik, sebaiknya kau tidak perlu mengikuti kelas, biarkan aku mengantarmu untuk pulang."
Aku menggelengkan kepalaku, "Tidak, aku akan masuk ke kelasku. Terima kasih atas bantuanmu, aku menyayangimu."
Aku menggenggam tangannya sebentar sebelum memantapkan langkahku untuk keluar dari toilet wanita.
Aku merasa enggan untuk menoleh pada Nica, karena aku tak akan bisa melihat wajahnya. Sudah jelas terdapat guratan kekhawatiran pada wajahnya akan keadaanku, tetapi tak banyak yang bisa aku lakukan selain meyakinkan dirinya jika aku baik-baik saja.
Aku terdiam setelah memasuki kelas; tersadar jika aku telah sangat terlambat. Dosen yang sedang menerangkan berhenti begitu melihatku, begitupun dengan seluruh mahasiswa yang berada di dalam kelas.
"M-maafkan saya, Tuan."
Dosen tersebut terdengar membersihkan tenggorokannya, "Baiklah, sekarang cepat duduk."
Rasa syukur memeluk hatiku setelah mendengar ucapan dosen tersebut. Tak menunggu lagi aku segera menjalankan kakiku menuju bangku yang masih tersisa di bagian tengah.
Dan betapa beruntungnya aku saat mengetahui jika aku berada di kelas yang sama dengan Niall juga Lauryn. What a best day!
Lauryn mengembangkan senyuman miringnya saat melihatku duduk di belakangnya. Sedangkan Niall, aku tak tahu tatapan apa yang tengah ia layangkan padaku. Yang pasti aku tak ingin bertegur sapa walau hanya sekedar berkontak mata dengannya.
Aku meletakkan tasku kemudian mendudukkan tubuhku di atas kursi, kutekuk tanganku di atas meja lalu menenggelamkan kepalaku di dalamnya.
Kejadian itu masih terputar lengkap di dalam benakku. Aku masih ingat detailnya walaupun sudah lima hari berlalu.
Dan lagi-lagi masalah kembali menumpuk di dalam hidupku. Mum memberiku kabar jika Dad kehilangan salah satu pekerjaannya, dan hal itu membuatku semakin frustrasi.
Mereka baru berhasil mengumpulkan tujuh ribu Pounds, dan tentu itu masih jauh dari angka yang telah ditetapkan sebelumnya. Aku tak tahu sampai kapan aku bisa bertahan dalam keadaan seperti ini.
Terutama dengan keadaan yang belum membaik di kerajaan. Tujuanku berada di kerajaan ini hanyalah menjadi pembantu pribadinya, tetapi bahkan kini aku sama sekali tidak ingin bertatap muka dengannya.
Batinku merutuki diriku yang telah berani-beraninya jatuh cinta padanya. Bahkan aku sendiri lupa dengan statusku. Di hadapannya, aku hanya sekedar seorang pembantu pribadi, tak lebih dari itu. Dan hatiku mengharapkan balasan perasaannya, sungguh bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant Prince [Z.M]
FanfictionApa yang kau rasakan saat kau harus menjadi pembantu pribadi seorang pangeran? Tentu sangat menyenangkan, apalagi jika pangeran itu sangat tampan. Tapi bagaimana jika sifatnya sangat berbanding terbalik dengan ketampanannya? Bagaimana bisa Dad terj...