Chapter 13

366 38 25
                                    


Vote before reading please :)


"Pangeran memanggilku?" mataku menangkap dirinya yang sedang memainkan ponselnya di atas ranjang dengan selimut yang masih setia membalut tubuhnya. Pikiranku kembali melayang pada kejadian dimana aku membuka selimutnya.

"Ah ya. Cepat siapkan kebutuhan mandiku." ia menoleh sebentar padaku lalu kembali menatap ponselnya. Entah apa yang sedang ia lakukan dengan benda berbentuk pipih itu. Aku mengangguk pelan dan mulai berjalan menuju kamar mandinya. Selanjutnya aku melakukan pekerjaan yang telah menjadi rutinitas untukku.

Aku akan mencoba bertanya padanya setelah ia mandi. Entah mengapa aku merasa sedikit takut untuk bertanya padanya. Bagaimana jika ia marah? Atau bahkan sampai menghukumku seperti semalam. Mungkin, yang kuperlukan hanyalah menanggapinya dengan tenang... Baiklah aku meragukannya.

Setelah selesai menyiapkan kebutuhan mandinya juga sebuah setelan pakaian santai. Aku berjalan keluar dari kamar mandinya, dan menemukannya yang masih dalam posisi yang sama. "Pangeran semua telah siap." ia hanya bergumam lalu meletakkan ponselnya. "Selama aku mandi, bersihkan kamarku." batinku memutar kedua bola matanya.

Aku memalingkan wajahku saat ia mulai menyingkap selimutnya. Dapat kurasakan jika ia mulai berjalan menuju kamar mandi. "Jangan menyiapkan sarapan untukku, aku masih belum terlalu lapar." ucapnya sebelum benar-benar memasuki kamar mandi.

Aku mendekati ranjangnya dan mulai menatanya seperti semula. Syukurlah kamarnya sudah tidak se-berantakan seperti saat aku pertama kali merapikannya. Sekarang aku hanya perlu menata ranjangnya, merapikan sofa, kursi, meja, dan membersihkan debu yang menempel di sudut-sudut ruangan.

Sepuluh menit kemudian ia telah keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan sebuah handuk yang melingkar mulai dari pusar hingga lututnya. Mataku terbelalak saat melihat pemandangan tersebut. Tanpa menunggu lama aku segera memalingkan wajahku darinya. Kurasakan bahwa pipiku memanas. Mengapa ia tidak memakai pakaiannya di dalam kamar mandi? Dan mengapa ia tidak malu?

Beberapa menit selanjutnya aku mendengar jika ia memanggilku. Aku sedikit ragu untuk memutar kepala. "Hey!" ia mengulangi panggilannya lagi, dengan terpaksa aku memutar kepalaku. Batinku bernapas lega saat menemukan jika dirinya telah mengenakan baju yang kusiapkan sebelumnya.

"Ya?"

"Nothing."

Oh bisakah aku memotong lehernya?

"P-pangeran." aku memanggilnya beberapa saat setelah ia duduk di atas sofa. Ia hanya menaikkan alisnya sambil menatapku. Haruskah aku bertanya?

"B-bisakah aku pergi ke kandang kuda?" tiba-tiba perubahan drastis terpampang di wajahnya. Ia terlihat tidak suka saat aku bertanya padanya.

"Untuk apa? Apa kau juga ingin melakukan hal yang dilakukan oleh ayahmu?" ia bertanya dengan nada yang tajam. Astaga mengapa ia berpikir seperti itu? Aku saja tidak tahu apa kesalahan yang ayahku perbuat pada kandang kuda milik kerajaan.

"Ap-apa?! Tentu saja tidak." ia terlihat sedang menimang permintaanku.

"Cepat ganti bajumu dengan baju biasa. Jangan menggunakan rok." alisku terangkat sebelah. Mengapa ia malah memintaku untuk berganti baju?

"Cepat!" aku segera berlari kecil untuk keluar dari kamarnya saat ia menyentakku. Pikiranku masih bertanya-tanya saat aku telah sampai di walk in closet di kamarku. Pilihanku jatuh pada sebuah celana jeans dan sweater berwarna abu-abu.

Tak mau Pangeran kembali memarahiku, aku cepat-cepat menggunakannya. Mataku kembali terbelalak saat merasakan jika sweater yang kukenakan terlalu besar sehingga sedikit menampakkan bahuku yang telanjang. Karena tak ada waktu lagi, aku mengabaikannya dan berjalan dengan cepat menuju kamar Pangeran. Tanganku berusaha untuk menahan sweater-nya agar tidak menampakkan bahuku.

Arrogant Prince [Z.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang