"Kalian hanya perlu menjaga pola makan kalian, serta tidur yang cukup, dan konsumsilah vitamin bila perlu. Hal itu dapat mengurangi rasa pusing yang kalian rasakan. Otak dapat merasa lelah jika kalian terus bekerja atau belajar tanpa memikirkan tidur atau makan kalian. Apa kalian mengerti?"
"Sepertinya waktuku telah habis, sampai jumpa di pertemuan berikutnya." dosen wanita yang baru kuketahui namanya itu berjalan keluar dari ruang kelas.
Ini adalah kelas terakhirku. Dan sebentar lagi aku akan pergi makan bersama para pangeran. Oh aku tidak bisa membayangkan betapa canggungnya aku dengan Pangeran nanti. Mengingat pertemuan terakhirku saat aku tak sengaja menabraknya. Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Sebelumnya ia akan sangat marah dan menyebalkan, namun berikutnya tanpa ada petir ataupun hujan ia akan berubah menjadi baik dan sedikit manis. Aku selalu bingung dibuatnya. Namun aku tetap marah padanya. Aku masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia tidak mau mengembalikan Dad pada pekerjaannya.
Kepalaku menoleh pada sekitar, sudah terdapat beberapa mahasiswa yang keluar. Namun tak sedikit juga yang masih berada di dalam kelas. Mataku berhenti pada pria pirang dengan mata hazel yang duduk tak jauh dariku. Aku membelalakkan kedua mataku.
Astaga, bagaimana aku bisa lupa jika aku memiliki janji dengan Justin untuk berjalan-jalan hari ini?! Oh dasar Selena bodoh. Benar-benar bodoh. Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku masih ingat bagaimana ekspresi kecewanya saat kemarin aku menolak ajakannya, aku tidak tega untuk kembali mengundurkan ajakkannya. Dan aku tidak mungkin menolak untuk pergi dengan para pangeran yang berkuasa itu. Oh bagaimana ini?
Aku tersentak saat Justin telah berada di sampingku. Aku segera berdiri dan membawa tasku pada tangan sebelah kiri. Ia memberikan senyumannya membuatku mau tak mau membalas senyuman manisnya itu.
"Kita jadi jalan-jalan?" oh skakmat.
"J-justin, aku benci mengatakan ini. Tetapi hari ini aku memiliki urusan yang sangat penting. Aku sangat menyesal. Aku minta maaf, sepertinya hari ini aku tidak dapat pergi denganmu. Maafkan aku."
Aku kembali menangkap wajah kecewanya. Oh betapa jahatnya aku menolak pria setampan dirinya.
"Aku berjanji, besok kita akan pergi bersama. Jika besok aku sampai tidak menepati janjiku kau boleh memberiku sebuah sanksi. Bagaimana?" aku memasang wajah menyesalku, aku benar-benar tidak tega padanya. Namun kemudian ia terkekeh, membuatku bingung.
"Hey tidak apa-apa. Aku tidak akan tega memberikan sanksi pada wanita semanis dirimu. Baiklah, aku besok akan menunggumu di dekat taman, bagaimana?"
Pipiku memanas saat mendengar ucapannya. Senyumku seketika melebar.
"Tentu saja."
Aku mengangkat jari kelingkingku di hadapannya. Ia menatap tanganku sebelum akhirnya ikut mengaitkan kelingkingnya padaku.
"Baiklah, aku harus pergi. Sampai jumpa, Justin."
Ia melambaikan tangannya padaku sebelum aku keluar kelas. Dengan cepat aku berjalan menuju gerbang kampus. Aku mendengar bahwa beberapa mahasiswi berbisik-bisik serta memberiku tatapan sinis.
Oh ayolah, apalagi ini? Hanya karena aku berbicara dengan Justin, mereka semua membicarakanku.
Aku menghiraukan mereka dan memilih mempercepat langkahku. Saat aku telah sampai di dekat gerbang aku melihat mereka berlima telah berdiri di dekat gerbang dengan sekumpulan gadis yang mengerubungi mereka. Pandangan mereka berlima jatuh padaku, membuatku sedikit merasa kikuk. Harry memberiku isyarat untuk mengikuti mereka yang mulai berjalan dengan tangannya. Aku mengangguk pelan dan mulai berjalan mengikuti mereka dengan jarak yang cukup jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant Prince [Z.M]
FanfictionApa yang kau rasakan saat kau harus menjadi pembantu pribadi seorang pangeran? Tentu sangat menyenangkan, apalagi jika pangeran itu sangat tampan. Tapi bagaimana jika sifatnya sangat berbanding terbalik dengan ketampanannya? Bagaimana bisa Dad terj...