"Oh astaga bahkan aku hanya mendengarnya dan bukan merasakannya, tetapi aku merasa bahwa hatiku meleleh!"
Nica berkata dengan nada alay-nya yang membuatku mau tak mau mengernyit sekaligus terkekeh atas reaksinya setelah aku menceritakan segalanya padanya.
"Yeah kurang lebih seperti itu."
"Dan apa kau tahu? Kau saat ini tengah booming di seluruh penjuru kampus! Bahkan hanya dalam kurun waktu kurang dari dua puluh empat jam! Kau memecahkan rekor, babe!" gadis pirang yang penuh dengan energi itu kembali memekik heboh; membuatku sedikit malu dibuatnya.
"Aku tahu, dan aku tak bisa melakukan apapun untuk mencegahnya. Semuanya sudah terjadi." aku merespon sedikit lesu.
"Hey tak usah dipikirkan, lagipula sekarang kau itu aman dari segala bahaya yang dapat ditimbulkan oleh chili-genk itu. Dan omong-omong, bagaimana dengan Justin?"
Seketika bak disiram oleh se-ember es batu aku segera tersadar dan teringat pada pria pirang bermata hazel yang kutinggalkan di kedai es krim sendirian empat hari yang lalu. Oh astaga kau benar-benar bodoh Selena!
"A-aku melupakannya! Aku harus menemuinya—sampai jumpa Nica!"
Dengan cepat aku terlonjak dari dudukku dan berlari—hingga akhirnya tersadar bahwa aku sama sekali tidak memiliki petunjuk dimanakah pria berhati malaikat itu sekarang.
"Selena."
Oh my goodness, sungguh waktu yang tepat.
"Justin! Aku baru saja hendak mencarimu! Syukurlah kau ada di sini!" aku berkata dengan cepat juga disertai raut antusias melihat kehadirannya. Sedangkan ia tersenyum padaku. Dan pada detik berikutnya aku segera memasang wajah menyesalku.
"M-maafkan aku karena telah meninggalkanmu di kedai es krim sendirian juga tak dapat dihubungi sama sekali. Aku benar-benar minta maaf."
Melihatku ia tersenyum ramah—membuat rasa khawatirku memudar. "Hey tak apa, itu bukan salahmu. Dan sebenarnya—aku ingin bertanya beberapa hal kepadamu."
Tanpa aku bertanya aku sudah mengetahui bahwa ini berkaitan dengan Harry juga Pangeran. Dan aku hanya meneguk ludah lalu mengangguk kecil.
Saat ini aku benar-benar tak tahu harus menjelaskan bagaimana semua itu bisa terjadi, dan tentu itu karena Justin sama sekali tidak mengetahui fakta bahwa aku selama ini tinggal di Kerajaan Inggris. Dan membutuhkan waktu lama bagiku untuk berpikir—apa aku harus jujur padanya?
"J-jadi sebenarnya—" perkataanku terpotong tepat saat sebuah tangan besar menggenggam pergelangan tanganku; membuatku dengan cepat menoleh dan tercekat melihat pria hazel lainnya yang sedang menatap dengan sangat tajam, seolah objek yang dipandangnya akan benar-benar tergores karena tatapannya.
"Sudah waktunya pulang." ia berucap tanpa mengalihkan pandangannya dari Justin. Dan saat aku menoleh kembali pada Justin, aku juga mendapatinya tengah memandang Pangeran dengan tatapan yang sama. Membuatku kesusahan meneguk ludah.
"Benar-benar tak tahu malu, hm?" celetukan Justin membuatku dengan spontan menegang di tempat. Entah bagaimana caranya atmosfer di sini sudah berubah dengan amat drastis. "Sudah mempermalukan di depan umum dan sekarang malah bersikap seolah tak ada yang pernah terjadi sebelumnya." aku cukup terkejut saat mendengar perkataan yang bermaksud menyindir dari Justin disertai seringaian yang ia tujukan pada Pangeran.
Tetapi bukannya amarah yang keluar, justru aku mendengar kekehan dari Pangeran disertai seringaiannya yang sangat mengerikan. "Tidak mengaca, huh? Masih berani juga ternyata. Sekalinya bajingan memang tetap bajingan ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant Prince [Z.M]
FanfictionApa yang kau rasakan saat kau harus menjadi pembantu pribadi seorang pangeran? Tentu sangat menyenangkan, apalagi jika pangeran itu sangat tampan. Tapi bagaimana jika sifatnya sangat berbanding terbalik dengan ketampanannya? Bagaimana bisa Dad terj...