Aku gagal. Aku gagal menjaga janjiku pada Mum. Aku gagal untuk tidak menangis. Buktinya kini aku menangis. Duduk di dekat jendela dan memandang langit yang telah menggelap. Air mata masih saja tidak ingin berhenti keluar dari mataku.
Aku tidak tahu apa yang salah dengannya. Aku hanya tak sengaja untuk menekan pada bagian uratnya tersebut. Tidakkah ia berpikir apa untungnya untukku jika aku berbohong padanya? Aku tidak pernah berniat untuk berbohong padanya. Karena aku tahu konsekuensinya bila berbohong padanya.
Tok. Tok. Tok.
Aku terperanjat dari dudukku saat mendengar suara pintuku yang diketuk. Dengan kasar aku menghapus air mataku dan berusaha menyembunyikan wajah kecewaku. Menggantikkan dengan wajah yang baik-baik saja. Aku terkejut saat melihat bahwa Doniyalah yang mengetuk pintuku. Aku merubah ekspresi terkejutku dengan senyuman saat melihat wajahnya.
"Doniya?"
"Hey, Selena. Bolehkah aku masuk?"
Aku dengan cepat mengangguk dan mempersilahkannya untuk duduk di ranjangku. Ia mengisyaratkanku untuk duduk di dekatnya.
"Sebenarnya aku ke sini hanya ingin memberitahumu sesuatu." ia menarik napasnya sebelum menatapku. Sedang aku tetap memperhatikannya.
"Aku tahu. Kau pasti ada masalah dengan adikku yang keras kepala itu." batinku merasakan jantungnya berlari keluar dari tubuhnya saat mengetahui jika Doniya tahu jika aku sedang memiliki masalah dengan Pangeran.
Aku terdiam; tidak tahu harus melakukan apa. Aku ingin menyanggahnya, tetapi apa alasanku?
"Zayn tidak memberitahuku. Tetapi aku dapat mengetahui dari sikap kalian berdua. Zayn tidak mengikuti acara teh kerajaan, juga makan malam. Begitupun denganmu. Terlebih lagi aku tidak melihatmu di dapur. Hal itu membuktikan jika kalian sedang berada dalam masalah."
"Aku sebenarnya tidak tahu apa sebenarnya masalah yang tengah menimpa kalian berdua. Tetapi dapat kutebak jika yang menjadi biang masalah adalah Zayn, aku tahu betul bagaimana sifat anak itu."
Batinku dapat sedikit bernapas dengan lega saat Doniya tidak tahu masalah kami. Aku tidak tahu apakah ucapan Doniya benar jika Pangeran adalah biang masalahnya, karena aku juga bersalah walau tidak sepenuhnya.
"Aku tidak tahu apa yang telah ia perbuat atau ucapkan padamu saat kalian bertengkar. Tetapi aku ingin memberitahumu jika ia sedang berada di dalam masalah saat ini. Aku tidak tahu pasti tentang apa masalah yang sedang menimpanya. Tetapi sepertinya itu adalah masalah yang sangat penting. Dan ia selalu mudah terpancing emosi saat sedang dalam masalah, Selena. Jadi tidak mengejutkan jika ia akan marah besar saat seseorang melakukan suatu kesalahan kecil padanya, walaupun itu disengaja ataupun tidak."
Aku mulai mencoba untuk mencerna perkataannya. Pangeran sedang berada di dalam masalah?
"Kuharap kau dapat mengerti itu Selena. Aku tahu jika itu memang tidak adil. Tetapi Zayn tetaplah Zayn. Ia bahkan tidak akan segan-segan untuk main tangan jika sudah sangat marah, tak peduli jika itu adalah orang lain ataupun keluarganya sendiri. Percayalah, ia sebenarnya adalah pria yang baik. Hanya saja ia berubah."
Kalimat terakhirnya membuatku teringat pada ucapan Harry. 'Dan percayalah, Zayn sebenarnya adalah pria yang baik, hanya saja seseorang telah merubahnya.' Sebenarnya siapakah yang telah merubah Pangeran menjadi pribadi yang buruk seperti itu? Aku benar-benar penasaran dengan orang itu.
Dan mungkin Doniya benar. Ini memang tak adil untukku. Aku harus selalu mengalah padanya, walaupun aku tahu jika aku tidak salah. Dan sekali lagi ia benar, Zayn adalah Zayn. Jika ia telah marah, tak ada satupun yang dapat menghindarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant Prince [Z.M]
FanfictionApa yang kau rasakan saat kau harus menjadi pembantu pribadi seorang pangeran? Tentu sangat menyenangkan, apalagi jika pangeran itu sangat tampan. Tapi bagaimana jika sifatnya sangat berbanding terbalik dengan ketampanannya? Bagaimana bisa Dad terj...