"Waktu kalian tinggal lima belas menit."
Aku dapat mendengar beberapa decakan dari para mahasiswa saat dosen wanita itu menyebutkan waktu yang tersisa.
"Bagi kalian yang telah menyelesaikannya, cepat kumpulkan dan kalian bisa pulang."
Aku mulai meneliti satu persatu jawabanku yang telah kutulis selama empat puluh lima menit yang lalu. Setelah cukup yakin aku bangkit dari dudukku, membuat orang-orang di kelas termasuk dosen menatapku.
"Sudah?" wanita itu mengangkat sebelah alisnya sembari bertanya padaku, dan aku menganggukkan kepalaku. Ia menyodorkan tangannya untuk mengambil lembar jawabanku, dan tanpa ragu aku menyerahkannya.
Aku kembali duduk di mejaku dan melihatnya tengah memeriksa lembaranku. Ia terlihat mengangguk-anggukan kepalanya kecil sebelum kembali menatapku dan tersenyum kecil. "Kau bisa pulang, Nona."
Aku membalas senyumannya dan merapikan barang-barangku. Aku berdiri dan berjalan meninggalkan kelas terakhirku.
Satu jam yang lalu dosen wanita itu—atau yang kuketahui bernama Mrs. Lyle tiba-tiba memberikan ulangan mendadak pada kami. Dan itu membuat hampir seluruh penghuni kelas memprotes padanya, sedangkan aku hanya biasa-biasa saja. Itu memang mendadak tetapi aku sudah memiliki persiapan sejak lama dengan selalu memperhatikan ia menerangkan. Dan kuharap hasilnya memuaskan.
Aku berjalan menuju lokerku terlebih dahulu sebelum langsung menuju mobil. Aku tak ingin berlama-lama di kampus, karena aku akan sendirian. Nica masih memiliki kelas tambahan, dan Justin? Aku masih belum bertemu dengannya sejak aku masuk kelas. Bahkan hingga kini.
Aku semakin merasa tidak enak padanya, sungguh. Walaupun aku mulai meragukannya, tetapi aku masih menganggap ia sepenuhnya sebagai sahabatku.
Jika kalian bertanya tentang buku yang menceritakan kehidupan Harry, aku telah mengembalikannya kepada perpustakaan kampus. Aku tidak ingin mendapat masalah karena tidak mengembalikan buku itu. Lagipula aku juga sudah membaca seluruh buku itu. Dan satu-satunya info yang paling penting adalah peristiwa 'Allura's Day' itu.
Saat aku berbalik setelah menutup pintu lokerku aku dikejutkan oleh Justin yang tiba-tiba ada di belakangku, dan kurasa ia juga terkejut.
"Astaga, jantungku hampir keluar." candaku yang membuatnya tertawa kecil.
"Maaf aku tiba-tiba berdiri di belakangmu, aku ingin menyentuh bahumu tapi kau sudah berbalik terlebih dahulu."
Aku tersenyum mendengar penjelasannya, mengatakan bahwa itu tidak apa-apa. "Umm Justin maafkan aku karena membuatmu marah kemarin."
"Tidak apa-apa, aku juga minta maaf karena meninggalkanmu secara tiba-tiba—aku hanya—terlalu emosi,"
Tiba-tiba ia mengeluarkan tangannya dari belakang tubuhnya dan ternyata ia memegang sebuah ice cream cone yang rasa vanilla dengan top chocolate di atasnya. Terdapat sedikit asap dingin yang keluar dari atas es itu. Oh astaga, itu adalah makanan favoritku.
"Aku ingin memberikan ini padamu, sebagai permintaan maafku." aku mengarahkan pandanganku untuk menatap mata hazel-nya dengan wajah yang terkejut.
Oh ini sangatlah manis. Bagaimana bisa aku menjauhinya?
"Astaga, Justin. Kau tidak perlu repot hingga seperti ini, kau tidak bersalah sama sekali."
"Aku hanya ingin memberikanmu ini, itu saja." ia menyodorkan es itu yang membuatku mengambilnya secara ragu, namun senyuman tak lepas dari mulutku sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant Prince [Z.M]
FanfictionApa yang kau rasakan saat kau harus menjadi pembantu pribadi seorang pangeran? Tentu sangat menyenangkan, apalagi jika pangeran itu sangat tampan. Tapi bagaimana jika sifatnya sangat berbanding terbalik dengan ketampanannya? Bagaimana bisa Dad terj...