53

192 29 12
                                    



"Apa yang kau—"

Mata hijau emerald itu sedikit terbelalak dan perkataannya terputus. Segera pandangannya berubah menjadi lebih tajam saat bersitatap dengan manik hazel yang tengah duduk di hadapanku. Perlahan rahangnya mengeras dan terdengar deritan kecil dari gerahamnya yang saling beradu.

"Bukankah seharusnya kau sudah pulang?" suaranya kini lebih dalam dari sebelumnya dan terdengar lebih menekan; menatapku dengan pandangan tajam juga gelap, dan jujur saja aku mulai merasa sedikit takut juga tak nyaman. Terlebih lagi kini Justin tengah melayangkan tatapan bingung terhadap interaksi antara aku dan Harry.

"U-um yeah, aku izin untuk pulang terlambat hari ini."

"Apa Zayn mengetahuinya?"

Oh shit! Aku benci saat diriku bereaksi sensitif saat nama itu kembali disebut di hadapanku. Tubuhku mulai sedikit menegang dan kaku, dan tentu saja jantung sialan ini mulai berdetak sedikit lebih cepat hanya dengan mendengar nama itu disebut.

Oh bahkan aku melupakan Justin yang tetap dengan pekerjaannya; menatap bingung percakapan kami berdua.

"T-tidak," aku menjawab pelan sebelum sedikit menunduk.

Di detik selanjutnya aku mendongak terkejut saat merasakan pergelangan tanganku di genggam dan ditarik untuk berdiri dari dudukku, menemukan Harry yang kini sedang menatap Justin; sungguh tatapannya penuh dengan aura gelap.

"Hey bung, sungguh tidak sopan untuk memaksa seorang gadis untuk pulang." Justin cepat mengintrupsi; berdiri dengan kilat dan meraih tanganku yang lain mengakibatkan rahang lelaki emerald itu semakin mengeras. Aku menggigit bibir bagian bawahku kuat; merasa kalut dalam posisiku saat ini.

"It's nothing of your business, bastard."

Kedua mataku melotot lebar mendengar makian Harry untuk Justin, dan dalam sekejap Harry langsung menarik tanganku cepat hingga terlepas dari Justin dan keluar dari kedai es krim itu. Bahkan aku tidak sempat untuk berpamitan ataupun meminta maaf pada Justin. Oh juga aku belum menghabiskan es krim lezatku itu.

Baiklah lupakan es krimnya.

Kini Harry masih menarikku dengan kecepatan yang sama sekali tidak berkurang sedikitpun; membuatku merasa sedikit kesulitan untuk menyamakan langkahku dengan langkah lebarnya. Dan jujur saja aku sedikit takut dengan aura marah yang menguar dengan cukup jelas dari tubuhnya, bahkan pandangannya tak sedikitpun melembut seperti biasanya.

Aku tak pernah melihat Harry semarah ini sebelumnya. Apakah ia juga sangat membenci Justin? Hingga seperti ini? Dan mendengar makiannya yang menurutku benar-benar kejam pada Justin sangat membuatku terkejut.

"H-harry pelan-pelan," aku mencicit pelan saat berkali-kali kakiku tersandung karena berjalan terlalu cepat mengikutinya. Terlebih lagi genggamannya pada tanganku tak mengendur sedikitpun.

Dan sedetik kemudian ia berhenti lalu menoleh pelan untuk menatapku, mata hijau indahnya sedikit demi sedikit berubah menjadi lembut seperti sedia kala. Ia melepaskan genggaman kuatnya dari pergelanganku lalu menghela napas berat selaku ia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan lebarnya.

"Maafkan aku, aku terlalu kasar padamu." ia berkata dengan penuh penyesalan; membuat seluruh rasa takutku melebur dari dalam diriku.

Berikutnya ia menggenggam kedua tanganku dan menatapku dengan penuh atensi, membuatku mau tak mau menatapnya balik dengan sedikit gugup. Oh aku benar-benar tidak bisa disuguhi manik mata yang sangat indah seperti ini.

Arrogant Prince [Z.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang