Chapter 34

294 40 35
                                    



Hell yeah! triple updates!

setelah baca komen dari kalian yang manis2 itu author jadi makin semangat buat nulis. sebelumnya udah semangat, tapi setelah komen2 kalian tadi jadi semangat banget dan mutusin buat update malem ini XD. juga gegara mimpi buruk yang bikin author bangun dari tidur dan milih untuk buka wattpad dari hape :v wkwk

well, enjoy this chapter! :*** (check mulmed, ada lima calon)


"Apa aku perlu mengambil makana—"

"Tidak. Duduk dan diam."

Aku berjalan menuju sofa yang kosong dengan canggung. Ke-sepuluh mata itu terus memperhatikan pergerakanku; membuatku merasa semakin tidak nyaman dalam situasi ini.

Setelah aku duduk, mereka masih menatapku. Dan banyak sekali ragam cara mereka menatapku. Harry, ia menatapku dengan tajam, rahangnya terlihat lurus sekali, dan tak ada satupun senyum yang ia tampilkan untukku.

Niall, ia menatapku dengan tampang tanpa ekspresi. Tetapi bibir tipisnya sangat lurus, tak ada sedikitpun senyuman di sana. Wajahnya begitu datar. Sesekali ia melirik Liam.

Liam, ia hanya diam saja dan menatapku. Wajahnya tidak se-datar Niall. Ia masih menunjukkan sedikit ekspresi yang tenang. Ia juga sesekali membalas lirikan Niall.

Louis, well, kurasa ia adalah pria yang paling santai di sini. Wajahnya tidak menunjukkan ke-dataran, amarah, ataupun kebahagiaan. Dan ia juga menatapku.

Dan yang terakhir tentu saja kau tahu. Pangeran, ia satu-satunya orang yang menatapku dengan sangat amat tajam. Bahkan sampai aku berkhayal jika matanya itu dapat mengeluarkan laser dan memotong tubuhku dengan laser-nya. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan sedikitpun ketenangan. Rahangnya sangat keras, dan itu membuatku semakin ciut di sini.

Suasana keheningan mendominasi ruangan ini. Dan itu membuat atmosfer di sini terasa mencekam, dan juga canggung untukku. Tak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Dan aku tidak mengetahui letak kesalahanku, hal itu membuatku semakin ingin menghilang dari sini sekarang juga.

Hingga tiba-tiba Louis berdehem, memecah keheningan. Dengan spontan aku melirik padanya. Harry mulai menghela napasnya, Liam dan Niall terus melirik. Dan Pangeran, ia masih dalam posisi sebelumnya. Tak berkutik sekalipun.

"Kawan-kawan, sebenarnya aku sangat ingin berada di sini dan mendengarkan semuanya. Aku tahu kehadiranku di sini sangat tidak dibutuhkan. Tetapi aku baru teringat jika Phoebe dan aku membuat janji agar aku pulang cepat. Dan aku harus segera pulang."

Louis bangkit dari duduknya, dan berjalan menuju pintu. Tak ada satupun dari mereka yang berusaha mencegahnya. Mereka hanya menatapnya datar, membiarkannya pergi.

"See you later, mates. And you too, Selena."

Dengan sempatnya ia mengedipkan sebelah matanya padaku sebelum menutup pintu ruangan. Itu membuatku terbengong dengan sikapnya.

"Selena,"

Suara serak Harry berhasil membuatku kembali menatapnya. Ia duduk tepat berhadapan denganku, dan Niall berada di sampingnya. Sedangkan Pangeran dan Liam berada di satu kursi, dan aku sendirian.

"Kau memiliki hubungan dengan si pirang itu?" aku mengernyitkan dahiku dengan pertanyaannya.

Apa maksudnya? Aku tidak memiliki hubungan dengan Niall. Bahkan bertemu dengannya dapat dihitung dengan jari.

Arrogant Prince [Z.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang