Chapter 10

420 39 21
                                    

Vote before reading please :)

ps: Risotto on mulmed



Aku berjalan dengan ritme yang sedikit cepat. Ini semua karena Pangeran gila itu. Setelah ia mengucapkan kalimatnya, ia langsung bangkit dan meninggalkan teman-temannya. Jadi mau tak mau aku harus segera menuju taman belakang kampus. Entah apa lagi maunya, yang bisa kulakukan hanyalah berharap agar Dad cepat kembali dengan uang itu.

Aku berhenti setelah sampai di taman belakang. Tak ada seorangpun yang dapat kujumpai, di sini sangatlah sepi dan tenang. Kurasakan angin mengibaskan anak-anak rambutku. Aku mulai mengedarkan pandanganku untuk mencari sosok batang lidi itu. Namun nihil, aku tak dapat menemukannya di manapun. Apa ia mengerjaiku?

"Kau lama sekali, aku hampir berkarat menunggumu." ucap seseorang dari belakang yang sontak membuatku memalingkan tubuhku padanya. Jadi dia sudah lama?

"M-maafkan aku." aku hanya bisa menunduk di hadapannya. Padahal jika kalian melihat batinku, ia sedang menyalakan mesin gergaji untuk memotong pria di hadapanku saat ini.

"Ada apa Pangeran memanggilku ke sini?" tanyaku hati-hati, aku mengumpulkan keberanianku dan mengangkat kepalaku untuk menatapnya. Seketika manik mataku bertemu dengan mata caramel yang sedang menatapku dengan tatapan yang amat tajam. Sontak aku kembali menunduk. Tatapannya benar-benar menusuk.

Tiba-tiba tatapan mataku tertuju pada sebuah selokan yang berada tak jauh dari posisi kami.

Ayo Selena! Masukan dia ke dalam selokan itu! Tinggal seret saja, apa susahnya?! Batinku berteriak dengan menggunakan tali yang diikat memutari kepalanya. Aku hanya diam sambil tetap memperhatikan selokan itu, ingin rasanya aku mewujudkan ucapanku saat itu. Memasukkannya ke dalam selokan.

"Aku ingin memberitahumu beberapa hal." ucapnya dengan datar dan dingin yang membuyarkan lamunanku tentang tubuhnya yang jatuh ke dalam selokan. Astaga apa lagi yang ingin ia sampaikan?

"Pertama, kau mungkin telah kuberitahu tentang ini, namun tak ada salahnya jika mengulangnya. Kau harus bersikap seolah-olah kau tidak mengenalku, jangan sampai ada yang tahu jika kau adalah pembantu pribadiku. Jika sampai berita itu terbongkar, maka kau akan tahu akibatnya." aku menelan ludah mendengar ancamannya padaku, yang kulakukan hanyalah mengangguk pelan.

"Kedua, kau juga harus bersikap seolah kau tak mengenal teman-temanku. Jangan bersikap yang membuat orang orang curiga karena kedekatanmu dengan Harry, Niall, Liam, ataupun Louis." sebenarnya aku hendak memprotes karena yang mendekatiku adalah temannya sendiri, dan bukannya diriku. Tapi aku takut jika ia malah memarahiku. Dan seperti yang pertama, aku hanya menganggukkan kepalaku pelan.

"Ketiga, jangan pernah bercerita pada orang atau teman barumu tentang kau yang kini tinggal di istanaku. Jangan bilang jika kau bekerja sebagai pembantu pribadiku. Bilang saja jika kau mendapatkan beasiswa, dan tidak perlu bercerita di mana kau tinggal dan berasal, mengerti?" ia benar-benar mengekangku. Tapi aku hanyalah aku, aku takkan bisa menolak perintahnya, jika aku menolaknya, maka hukuman akan menantiku di istana.

"Jangan hanya menganggukkan kepalamu, apa kau bisu?!" ia menaikkan nada bicaranya yang membuatku mendongak terkejut. "A-aku mengerti."

"Sekarang pergilah! Jangan sampai ada orang yang melihat ini." ia mengusirku. Baiklah aku tahu mengapa ia memilih taman belakang kampus, karena di sini sangatlah sepi, bahkan tak ada seorangpun yang ada di sini. Jadi ia akan aman jika berbicara denganku di sini.

Dengan perasaan kesal aku pergi meninggalkannya sendirian, ingin sekali aku membakarnya hidup-hidup.

Dan aku tak tahu mengapa aku selalu menuruti perkataannya selama ini. Bukankah aku bisa menolaknya atau membantahnya? Tetapi tatapan yang ia berikan seolah-olah melumpuhkan keberanianku, dan berhasil membuatku bak seorang budak yang selalu menurut.

Arrogant Prince [Z.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang