44

246 29 2
                                    



"Cukup untuk pelajaran hari ini. Jangan lupa untuk mengumpulkan tugas minggu depan, dan sampai jumpa."

Aku membersihkan mejaku dan meletakkan buku juga alat tulisku ke dalam ransel yang kugunakan sebelum aku beranjak untuk pergi dari kelas.

"Syukurlah pujaan hatiku tidak berkuliah akhir-akhir ini, dia jadi terbebas dari jalang kecil sepertimu." aku melirik Laundry yang berbisik dengan tajam seraya menekankan jari telunjuknya di bahuku.

Aku menatapnya tajam dan langsung menyingkirkan telunjuk busuknya dari bahuku. Hal itu membuatnya membalas tatapanku tak kalah tajam, namun aku hanya menghiraukannya dan lanjut berjalan keluar dari kelas.

Entah mengapa mereka masih mengincarku, padahal aku sama sekali tidak berbuat salah pada mereka. Aku hanya berteman dengan Justin, hanya berteman. Entah bagaimana mereka bisa menjadi sangat sensitif akan hal itu. Terutama si Laundry itu.

Tanpa mengunjungi lokerku, aku langsung berjalan menuju cafetaria untuk bertemu sahabat pirangku yang sangat perhatian. Dan saat baru saja memasuki cafetaria mataku langsung disuguhkan oleh pemandangan gadis pirang dengan kacamata yang bertengger di hidungnya dan tengah duduk di meja paling pojok, tempat biasa aku duduk dengannya.

Tanpa menunggu lama aku langsung menyusulnya dan duduk bersebrangan dengannya, ia mendongak dan terlihat terkejut menatapku. Namun tak lama keterkejutan itu berubah menjadi senyuman manis andalannya.

"Hey Selena! Kapan kau datang?"

"Hey. Baru saja, apa kau ingin dipesankan?"

Ia menggeleng kecil, "Tidak, tidak, biarkan aku saja yang memesan. Apa yang kau mau? Baiklah satu burger dan segelas coke." tanpa membiarkanku berbicara ia langsung berdiri dari duduknya.

"Hey apa-apaan. Bagaimana kau tahu jika aku ingin memesan itu?" aku terkekeh yang diikuti olehnya, "Oh ayolah sahabatku yang manis, kau setiap hari selalu memesannya. Dan karena kemarin kau telah membayar makan siangku, maka kali ini aku akan membayar makan siangmu. Tak ada penolakan." ia langsung melenggang pergi yang membuatku menutup mulut dan menggelengkan kepalaku dengan pelan.

Dia sangatlah baik padaku. Terkadang aku berpikir bagaimana bisa mereka selalu memperlakukannya dengan buruk hanya karena statusnya yang bukan seorang bangsawan. Kurasa itu adalah sebuah tindakan yang melanggar hukum negara ini, seharusnya mereka selalu memperlakukan seseorang dengan layak, dan tidak menghinanya hanya karena status yang ia miliki.

Aku mengedarkan mataku untuk melihat suasana cafetaria yang cukup ramai siang ini. Dan mataku jatuh pada sekumpulan pria yang sedang tertawa lepas di meja tengah, yeah, kalian pasti tahu siapa mereka. Tatapanku jatuh pada Pangeran yang tengah tertawa, seketika aku mematung melihat wajahnya.

Senyumnya sangat lebar hingga matanya menyipit. Jujur saja, ini pertama kalinya aku melihatnya tertawa seperti itu. Dan jika boleh kutambahkan, ia benar-benar terlihat lucu, manis, dan tampan dalam satu waktu. Entah atas perintah apa bibirku ikut tertarik melihat tawanya. Lalu detik berikutnya aku tersadar dan langsung memalingkan wajahku pada Nica yang berjalan dengan nampan di tangannya.

Batinku merutuki apa yang baru saja kulakukan. Oh apa aku baru saja memujinya? Apa aku baru saja mengaguminya? Ini benar-benar buruk. Aku tak pernah tersenyum saat melihatnya. Aku memang sering mengaguminya dengan diam-diam, tetapi tidak pernah hingga tersenyum hanya karena membayangkannya.

Kuakui sikapnya yang mulai membaik padaku membuatku merasa mulai nyaman saat bersamanya. Maksudku bukan 'nyaman' dalam artian 'menyukai', jika biasanya aku akan merasa sedikit takut dan tegang saat bersamanya, maka kali ini tidak. Aku cukup menikmati waktuku saat bersamanya. Perlakuan buruknya padaku sedikit demi sedikit berkurang walaupun ia masih sering menyiksaku saat berolahraga di pagi hari. Ia mulai jarang membentakku, dan tak ada lagi hukuman berat yang diberikannya padaku saat aku melakukan kesalahan.

Arrogant Prince [Z.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang