"Apa yang ingin kau tanyakan tadi?" tanyanya sembari memegang nampan yang berisi pesanan kami dan yang lainnya.
"B-bukan apa-apa." Perlahan ia mengangguk ragu dan kembali menatap lurus ke depan.
Mengapa aku tidak jadi bertanya padanya? Ah aku terlalu malu untuk mengatakkannya, ia pasti akan berpikir jika aku terlalu percaya diri hingga menganggap bahwa dirinya selalu bersikap baik padaku.
Aku menghilangkan semua pemikiranku dan memilih untuk fokus membawa nampan yang berisi 6 gelas minuman pepsi ini di tanganku. Saat kami telah sampai di meja di mana tempat Pangeran dan yang lainnya, seketika mereka semua memandang lapar pada nampan yang dibawa oleh Harry, tak terkecuali Pangeran. Pandangannya seolah-olah ingin menerkam seluruh nampan itu.
"Yay! Breakfast time!"
Niall memekik dengan wajah yang tidak sabaran, aku terkekeh kecil melihatnya. Mereka mulai mengambil bagiannya masing-masing, termasuk diriku. Tidak seperti yang lain yang meminum pepsinya terlebih dahulu sebelum mulai memakan ayamnya, Niall telah terlebih dahulu menerkam ayam dan nasinya.
"Bisakah kau menerapkan tata kramamu saat makan, Niall?" Liam bersuara sebelum memakan ayamnya.
"Oh ayolah, tidak semua pangeran perlu tata krama saat makan, Liam! Nikmati saja makananmu."
"Jika keluargamu yang berada di Irlandia mengetahui tata cara makanmu seperti itu pasti mereka akan malu denganmu." sahut Louis yang diikuti anggukan dari Harry.
"Mereka tidak akan tahu, mate." jawabnya acuh dan kembali memakan ayamnya yang belum satu menit telah habis setengah. Bahkan ayamku saja masih utuh. Dia mirip seperti sebuah mesin pemakan makanan.
"Tolong jangan kau dengarkan dia, Selena. Dia adalah pangeran yang sesat, jangan ikuti jalan sesatnya."
Aku terkekeh pada ucapan Louis. "Hey, kau berkata seolah-olah kau bukanlah pangeran yang sesat."
"Aku memanglah bukan pangeran yang sesat. Jalanku sangat lurus dan bercahaya, tidak seperti jalanmu yang berlenggok dan gelap."
"Astaga, bisakah kalian makan tanpa berdebat. Kalian selalu berdebat di mana saja." sedari tadi Pangeran yang diam kini ikut bersuara. Sedang aku hanya diam dan makan sembari menonton pertunjukkan gratis di hadapanku.
Mereka benar-benar para pangeran yang sangat konyol. Selama ini dalam imajinasiku seorang pangeran adalah orang yang tegas, tampan, berwibawa, dan sangat menjunjung tinggi tata krama. Namun kini telah terungkap bahwa beberapa pangeran hanyalah tampan, namun tidak begitu tegas, berwibawa, dan menggunakan tata kramanya.
"Dialah yang memulai duluan, Zayn. Jika dia tidak memulai maka semuanya tidak akan terjadi." Niall menunjuk Harry yang membuat Harry menautkan kedua alisnya bingung. "Apa-apaan, aku hanya diam sedari tadi!"
"Maaf aku salah tunjuk." kini Niall mengarahkan jari telunjuknya pada Louis. "Tapi kau tadi juga ikut mengangguk!" ia kembali mengarahkan jari telunjuknya pada Harry.
"Hey, aku hanya mengangguk dan tidak ikut berucap!"
"Itu sama saja, dengan mengangguk kau berarti menyetujui ucapan Louis."
"Bisakah kau menghilangkan huruf 's' pada namaku? Aku telah mengatakan itu berulang kali." aku menggeleng pelan, tidak percaya pada pertengkaran mereka yang sangat kekanak-kanakan.
"Louis telah mengatakannya berulang kali, Niall." Liam berucap sembari memakan fries yang terletak di depannya. "Kau juga sama saja menyebut namaku menggunakan huruf 's', Liam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant Prince [Z.M]
FanfictionApa yang kau rasakan saat kau harus menjadi pembantu pribadi seorang pangeran? Tentu sangat menyenangkan, apalagi jika pangeran itu sangat tampan. Tapi bagaimana jika sifatnya sangat berbanding terbalik dengan ketampanannya? Bagaimana bisa Dad terj...