52

179 30 5
                                    


Sudah lebih dari seminggu sejak kejadian di mana Janice menumpahkan air padaku yang diikuti dengan kedatangan Justin untuk menyelamatkanku secara tiba-tiba. Dan selama seminggu itu pula pem-bully-an yang dilakukan oleh mereka masih saja berlanjut. Walaupun terkadang Justin ataupun Nica selalu menyelamatkanku dari mereka.

Jujur saja terkadang aku merasa tak berguna saat aku hanya bisa diam dan diselamatkan, begitu terus menerus. Tetapi jika aku memberontak pun itu percuma saja, yang terjadi adalah mereka yang akan semakin melunjak.

Dan tentu saja seperti biasa, hari ini aku kembali mengalami kejadian yang sama—atau bahkan lebih parah ketimbang biasanya.

"Lihatlah itu, bukankah sangat indah? Kami mendekorasikan-nya untukmu dengan sepenuh hati—bitch."

Janice berucap diikuti dengan anggukan dan tepukan tangan kecil dari Kenna juga Lauryn. Dan aku hanya bisa memandang miris pada lokerku yang kini dipenuhi oleh sampah basah dan juga lumpur. Dapat kupastikan bahwa catatanku pasti sudah benar-benar rusak.

"Ah sebentar lagi kelasku akan dimulai, selamat tinggal dan selamat membersihkan lokermu."

Setelah kepergian mereka aku mulai membersihkan lokerku, dengan hati-hati aku mengeluarkan satu per satu sampah basah itu diikuti dengan lumpur yang masih segar. Oh baunya benar-benar menyengat.

Namun saat aku masih mengeluarkan lumpur itu dari lokerku, sebuah tangan menghentikanku dan menggantikan untuk mengeluarkan sisa-sisa lumpur juga sampah dari dalamnya. Aku menoleh dan hatiku menghangat saat melihat si pemilik mata hazel-lah yang kembali membantuku.

"Astaga Justin hentikan! Tanganmu akan kotor!"

"Lalu aku akan diam saja dan melihatmu membersihkannya sendirian?" ia balik bertanya yang membuatku terdiam.

Ia menyuruhku untuk menunggunya membersihkan lokerku, dan tentu mau tak mau aku hanya bisa menurutinya. Manik milikku memindai segala pergerakannya, ia melakukannya dengan sangat hati-hati, bahkan tak ada raut jijik atau pun terganggu dari wajahnya. Dan sungguh, aku merasa sangat tersanjung di sini.

"T-terima kasih, dan maafkan aku." aku berucap pelan di belakangnya yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Ia terlihat mengernyit sebelum akhirnya membuka mulut.

"Maaf untuk?"

"Umh—maaf selalu merepotkanmu selama ini, kau selalu membantuku dan aku bahkan tak bisa membalas semua jasamu padaku." aku menatap tepat pada hazel-nya yang kini juga sedang menatapku, dan pada detik berikutnya senyuman manis telah ia bentuk di bibir merah mudanya.

"Hey, bukankah aku pernah berkata bahwa aku akan selalu ada untukmu? Dan inilah yang kumaksud, aku tak akan membiarkanmu melakukan dan melewati semuanya sendirian seperti saat itu. Jika kau membutuhkanku, kau tinggal bilang padaku dan aku pasti akan selalu ada untukmu.

Kau tak perlu meminta maaf karena aku sama sekali tidak merasa direpotkan olehmu, bahkan aku merasa senang karena bisa membantumu juga menjagamu dari mereka. Dan juga maafkan aku karena sedikit terlambat, oke?"

Aku terdiam meresapi seluruh perkataannya, oh sungguh aku benar-benar tak mengerti, bagaimana bisa ada manusia sebaik dirinya? Apakah ia seorang jelmaan dari malaikat yang diutus untuk membantuku?

Dan tanpa kurasakan kini mataku telah berkaca-kaca, sungguh hatiku tersentuh oleh kata-katanya yang terdengar benar-benar tulus mengalun indah di dalam telingaku.

Ia tampaknya selesai membersihkan lokerku dan membalikkan bandannya untuk menghadapku, kedua tangannya mengenggam buku-buku catatan milikku yang semuanya kini telah terlumuri oleh lumpur, "Maafkan aku sepertinya bukumu telah ru—h-hei kau menangis? Ada ap—"

Arrogant Prince [Z.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang