Don't forget to vote please :)
"Jadi, apa kau sudah mengerti?"
"Umm... Yeah, t-tapi Emma, maafkan aku, kenapa aku seolah akan mengurus seorang bayi? Dan bukan seorang Pangeran?" ungkapku padanya, seketika ia tertawa. Apa pertanyaanku lucu? Batinku mengangkat alisnya bingung.
"Haha, aku sedikit setuju dengan perkataanmu. Namun itu benar adanya, ia sedikit—kurang mandiri. Tapi ia sangatlah baik, lembut, dan sangat ramah, Sele. Kau pasti akan menyukai pekerjaanmu." ucapnya meyakinkanku. Baiklah, aku sedikit ragu.
"Sekarang kau harus bertemu dengannya, ia sedang menunggumu di aula kerajaan." lanjutnya, seketika gugup kembali menyerangku.
"Baiklah."
Kami berdua berjalan melewati lorong yang panjang, hingga sampai di depan pintu aula. Ah, aku jadi takut akan tersesat jika berjalan sendirian di sini.
Ia membukakan pintunya, dan ia masuk bersamaku. Kulihat ada seorang pria yang membelakangiku sedang berbicara dengan seorang pelayan. Saat pelayan yang ia ajak bicara telah pergi, aku langsung menundukkan kepalaku.
"Yang Mulia." ucap Emma pada pria—maksudku Pangeran. Dapat kurasakan bahwa ia sekarang tengah memandang ke arah kami, lebih tepatnya ke arahku.
"Baiklah Emma, kau boleh pergi." Emma pun segera pergi meninggalkanku berdua dengannya.
Oh sial! Ini hanya perasaanku saja, atau suaranya sangatlah indah? Sekarang tanganku mulai berkeringat dingin, dan aku tak berani mengangkat wajahku di hadapannya.
"Jadi kau adalah anak perempuan Ricardo?" tanyanya dengan suara yang membuatku panas dingin.
"Yeah." ucapku tetap menunduk.
"Tatap aku saat sedang berbicara denganku." dengan ragu aku mendongak menatapnya. Seketika aku tercekat.
Sial dia sangat tampan!
Ia mengamatiku dengan teliti. Membuatku sedikit tidak nyaman. "Tunggu, sepertinya aku pernah melihatmu." batinku segera menautkan kedua alisnya.
"Ah ya! Kau gadis pembuang air di jalan itu kan?" ucapnya yang membuat mataku melotot tak percaya.
What the hell?! Jadi dia adalah pria gila itu? Oh apa ini! Jadi dia adalah seorang Pangeran?!
"Apa?!" pekikku dengan terkejut. Oh dia benar-benar pria gila itu, aku ingat ia memiliki kaki seperti batang sapu. Oh ini bahaya. Aku telah memaki seorang Pangeran.
"Aku tidak buang air di jalanan." elakku.
Sial. Aku harus menjaga tata kramaku. Aku menarik ucapanku yang mengatakan bahwa ia tampan dan bersuara indah.
"Sama saja, dengan begini aku dapat lebih mudah membalaskan dendam padamu."
Dasar keras kepala! Batinku memelototinya.
"Balas dendam?"
"Kau telah memakiku kemarin, dan juga kesalahan yang ayahmu perbuat padaku." ucapnya yang membuat rahangku kembali jatuh, namun saat aku ingin membalas ucapannya ia malah berjalan mendekatiku, membuat kalimatku tercekat di tenggorokan.
"Sekarang ikut aku." ucapnya lalu melangkah menjauh. Aku hanya diam mematung.
"Ayo cepat! Apa kau seekor siput?!" ucapnya dengan suara yang lebih keras saat aku masih diam di tempat. Aku tersentak lalu mengikutinya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant Prince [Z.M]
FanfictionApa yang kau rasakan saat kau harus menjadi pembantu pribadi seorang pangeran? Tentu sangat menyenangkan, apalagi jika pangeran itu sangat tampan. Tapi bagaimana jika sifatnya sangat berbanding terbalik dengan ketampanannya? Bagaimana bisa Dad terj...