60

92 20 5
                                    




Hanya tinggal sehari lagi sebelum pesta dansa kampus digelar. Dan tak sedikit orang yang merasa excited juga penasaran-tentunya aku salah satunya.

Dari pengalamanku perihal pesta dansa, aku hanya pernah menghadirinya sekali saja, dan itu pun hanya pesta kecil di kerajaan. Dan untuk pesta kali ini, banyak yang mengatakan bahwa ini adalah pesta yang besar, yang selalu diadakan setahun sekali. Tetapi sudah tiga tahun mereka tak lagi menggelarnya, entah mengapa. Dan karena itulah banyak yang menantikan pesta besok malam.

Dan jika kalian bertanya perihal apa persiapanku untuk pesta besok malam? Tentu aku sudah mempersiapkan segalanya-maksudku sebagian saja karena Pangeran telah mengaturkan segalanya untukku.

Ia memberikanku sebuah dress yang sungguh sangatlah indah, bahkan aku merasa insecure untuk sekedar menggunakannya. Dress ini berbeda dari yang pernah ia berikan saat pesta di kerajaan, dan tentunya lebih indah juga cantik.


Dan tentang sepatu, ia telah menawariku namun aku menolaknya, bukan karena aku tidak suka, tetapi Lauryn juga Kenna telah memberikanku sepasang sepatu high heels yang entah bagaimana bisa cocok dengan dress yang diberikan Pangeran. Mereka memberikannya hari ini, dan aku tentu telah menolaknya dengan alasan merasa tak enak, namun mereka memaksaku dan mengancamku jika mereka akan merasa sedih jika aku tak menerimanya, maka yang dapat kulakukan hanyalah menerima juga akan memakai sepatu dari mereka itu.

Mengingat pesta ini akan dihadiri oleh seluruh mahasiswa di kampus membuatku sedikit merasa tidak percaya diri, terlebih lagi untuk menggunakan gaun secantik itu.

Bagaimana pandangan orang-orang terhadapku nanti?

Krieeet.

Suara pintu kamar yang terbuka membuatku terlonjak dan menoleh, kudapati pria bermata hazel itu menatap datar dengan wajah tanpa dosanya.

"Mengapa kau tidak mengetuk pintu terlebih dahulu?"

Ia hanya mengedikkan bahunya, membuatku menghela napas. Ck, memang tidak punya sopan santun.

Beberapa detik ia tetap berdiri di sana tanpa berkata apapun, membuatku menaikkan alisku bingung. "Ada apa?"

"Hmm, tidak ada, aku hanya ingin memastikan apa kau masih hidup atau tidak." ucapnya datar yang membuatku terbelalak.

"What the hell? Kau kira aku mau bunuh diri?" terdengar nada tidak suka dariku. Namun bukannya meminta maaf, ia malah terkekeh yang membuatku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikirnya.

Orang sinting.

Semenjak kejadian saat memandikan kuda waktu itu, bisa dibilang hubungan kami semakin dekat. Bahkan kini ia tak segan untuk mendatangiku setelah kelas berakhir di kampus.

Dan tentu saja, aku sering mendapati orang lain yang menatapku dengan tatapan iri, bingung, terkejud, bahkan sinis. Tak terkecuali Janice yang masih saja membenciku. Entah sampai kapan ia akan tetap seperti itu kepadaku.

"Hanya bercanda, by the way anak-anak akan sampai sebentar lagi. Siapkan cemilan seperti biasa."

Tanpa pamit ataupun menunggu respon ku ia langsung menutup pintu kamar dan pergi begitu saja. Membuatku menggeleng pelan.

Tak jarang ia menghampiriku dengan alasan yang tidak jelas seperti tadi. Mungkin itu merupakan hal yang baik, bukan?


***


Arrogant Prince [Z.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang