Chapter 32

281 36 17
                                    



Suara tepuk tangan bergemuruh di kelasku. Aku hanya tersenyum tipis dan duduk kembali di bangkuku.

"Sangat bagus Nona Gomez. Persentasimu patut diberi nilai tambahan."

"Terima kasih, Tuan."

"Baiklah, kita akan berjumpa minggu depan. Selamat tinggal." pria itu melenggang pergi dari kelas diikuti dengan beberapa mahasiswa lainnya.

Aku segera beranjak dari dudukku dan tak mau berlama-lama di dalam kelas.

Saat berjalan menuju lokerku aku bertemu dengan seorang pria dengan senyuman manisnya yang ia berikan padaku. Aku membalas senyumannya semanis mungkin.

"Hey."

"Hey."

Kami terkekeh karena sapaan kami yang sangat basa-basi. Aku bergerak menuju lokerku dan mengambil beberapa barang dari dalam sana sebelum akhirnya kembali menatap Justin.

"Hey, kau terlihat cukup pucat? Apa kau baik-baik saja?" aku memutar kedua bola mataku. "Oh ayolah, Justin. Ini sudah kesebelas kalinya kau bertanya dalam seminggu ini." ia tertawa pelan.

Semenjak kejadian di mana aku baru mendapat perasaan buruk itu, aku tidak dapat tidur dengan nyenyak selama hampir dua minggu. Ditambah lagi dengan latihan yang diberikan Pangeran padaku sangatlah menguras tenagaku. Aku sering datang ke kampus dengan lemas. Dan Nica selalu khawatir padaku, sampai-sampai ia memberikan obat untukku. Begitupun dengan Justin, ia sangat khawatir dan selalu menanyakan 'apakah kau baik-baik saja?' yang selalu kujawab 'aku baik-baik saja.' Walaupun sebenarnya tidak.

Pangeran sama sekali tidak mengerti keadaanku. Ia selalu memberiku pekerjaan berat dan membuatku kelelahan. Teman-teman Pangeranpun ikut khawatir denganku begitupun dengan Ashley, Elivia, dan Emma. Terkadang aku berpikir. Sejelas itukah keadaanku?

Dan selama seminggu ini aku dan Justin semakin dekat. Tentu aku masih ingat ucapan pedas teman Janice yang ia ucapkan hampir dua minggu yang lalu. Tetapi aku tidak memikirkannya, karena aku dan Justin hanya sekedar teman, tidak lebih. Lagipula siapa dirinya yang berani mengancam diriku? Ia bukanlah kekasih Justin.

Hari ini aku cukup bertenaga. Itu semua karena pagi ini Pangeran lebih memilih untuk tidur ketimbang melatihku. Tetapi hal yang tidak baiknya adalah ia pergi ke kampus hari ini. Itu semua karena paksaan dari Safaa, ya gadis bangsawan itu membantuku membangunkan Pangeran.

Ialah yang berperan penuh dalam proses 'pembangunan Pangeran dari tidurnya'. Dan alhasil ia berhasil setelah menekan wajah Pangeran dengan sebuah bantal. Aku tahu itu tergolong tindakan kriminal, aku sudah berusaha menghentikannya. Walaupun dalam hati aku menyoraki perbuatannya.

"Baiklah. Perbanyak istirahatmu, jangan sampai kelelahan. Apa kau mengerti?" suara Justin berhasil membuyarkan lamunanku.

"Aku mengerti, Tuan Dokter dengan cita-cita menjadi seorang tour guide." kami berdua tertawa. Selanjutnya ia mengajakku menuju cafetaria di kampus.

"Pesanlah sesukamu, aku akan membayarnya." aku menatapnya bingung dengan senyuman di wajahku.

"Tersambar apa kau hingga berbuat baik seperti ini padaku?" aku terkekeh di akhir kalimatku, dan ia memayunkan bibirnya. "Jadi aku tidak pernah berbuat baik padamu, begitu?"

"Kau bahkan orang yang selalu berbuat baik padaku, Justin. Tanpa melakukan hal buruk sedikitpun." aku tersenyum tulus padanya.

"Oh ayolah, kau membuatku terharu."

Aku terkekeh dan memilih untuk memesan satu burger juga hot chocolate. Cuaca di London kali ini cukup dingin. Juga langit tidak secerah biasanya. Dan hal itu membuat udara siang ini terasa cukup dingin. Ini jarang terjadi, biasanya walaupun sedang musim dingin, pada siang hari selalu terasa sedikit hangat. Dan tidak dengan kali ini.

Arrogant Prince [Z.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang