43

243 32 6
                                    



"Apa yang kau lakukan di sini?"

Aku tersentak pelan saat suara berat dengan aksen British yang sangat kental muncul dengan tiba-tiba dari sebelahku. Aku menoleh dan menemukan Pangeran sedang berdiri menghadap padaku dengan tatapan tajamnya, seperti biasa.

"Uh—aku, aku hanya bosan dan pergi ke sini."

"Jadi kau sering ke sini saat bosan?"

Aku menoleh padanya yang kini tengah bersandar pada pagar pembatas dengan tangan yang menjadi tumpuan tubuhnya, sama seperti yang sedang kulakukan.

Tidak biasanya ia bertanya balik padaku. Maksudku ia memang sering bertanya, tetapi bukan dengan nada yang biasa seperti ini. Biasanya ia selalu berucap dengan nada yang dingin dan datar, tetapi kali ini tidak. Itulah yang membuatku menoleh untuk menatapnya.

"Um—ya, hanya saat aku merasa bosan."

Aku mengalihkan kepalaku untuk kembali melihat kuda cokelat yang masih berada di depanku. Pangeran terlihat memperhatikan kuda cokelat tersebut.

"Tampaknya kau sudah mengenal France."

Ia kembali bersuara saat aku mengusap kepala kuda cokelat di hadapanku. Aku menoleh sedikit padanya.

"France?"

"Kuda di depanmu."

Aku kembali menatap kuda cokelat di hadapanku yang ternyata bernama France. Well, jadi ini kuda jantan?

"Dia pria? Maksudku jantan?"

"Tentu saja."

Aku mengangguk mengerti dan kembali mengusap kepalanya, kedua mata France terus memandang padaku yang membuat senyumku semakin melebar.

"Hello, France. I'm Selena." aku berbisik pelan padanya, dan ia tampak mengendus menjawabku, tetapi sayang sekali, aku tidak bisa bahasa kuda.

Setelah cukup lama hening, France bergerak menjauh dariku dan tampak menunduk untuk memakan rumput-rumput segar tepat di mana ia berpijak. Ia terlihat kelaparan.

"Apa kau masih berhubungan dengan pecundang pirang itu?"

Aku memutar bola mataku saat mendengar panggilan 'tidak pantas' itu kembali dilontarkan olehnya. Tidak bisakah ia berhenti memanggil Justin dengan sebutan pecundang?

"Can you just stop calling him a loser?"

"Tidak."

"Mengapa?"

"Because he's a loser." oh sialan.

Batinku mencabik-cabik seluruh pakaiannya di dalam lemari guna melampiaskan kekesalannya.

"Tentu saja, dia adalah temanku. Tetapi akhir-akhir ini aku jarang melihatnya." aku mendongak kecil, menerawang hubunganku yang semakin menjauh dengannya.

"Oh benarkah?" tanyanya asal.

"Ia bilang jika ayahnya sakit, jadi ia harus menggantikan posisinya untuk sementara." dalam sekejap Pangeran langsung memutar kepalanya menghadapku yang membuatku melakukan hal yang sama. Ia tampak terkejut dengan apa yang baru saja kukatakan.

"Bajingan itu sakit? Oh thank God." seketika kedua mataku membulat melihat responnya. What the actual fuck?!

"Reaksi macam apa itu?!" ia kembali menoleh padaku dengan tatapan santai, seolah-olah tidak melakukan sedikitpun kesalahan.

Arrogant Prince [Z.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang