Chapter 29

302 37 25
                                    


Selena and her dad (Richardo) in the mulmed


"Selena, bangunlah!"

Aku mengernyitkan dahiku, dan memilih mengabaikan suara itu.

"Selena ayo bangun!"

Oh ayolah siapa yang membangunkanku di pagi buta seperti ini? Tidakkah orang itu tahu jika aku tidur terlalu larut karena menghabiskan waktu bersama dua anak bangsawan semalam?

"Selena cepatlah bangun! Ini perintah dari Pangeran."

Mendengar kata 'Pangeran' disebut membuatku mau tak mau membuka mataku. Pengelihatanku masih terlalu buram. Perlahan aku berhasil melihat seorang wanita yang memanggilku, cahaya matahari membuat mataku sedikit menyipit. Jam berapa ini? Mengapa sinarnya sudah terang sekali?

"Emma?" suara serak bangun tidurku keluar, aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling sebelum mendudukkan diriku di atas ranjang. Aku mengucek kedua mataku.

"Ya ini aku, Selena. Pangeran memanggilmu, ia menyuruhmu untuk pergi ke kandang kuda."

Batinku mengerutkan dahinya. "Untuk apa?" mengingat aku masih bertengkar dengannya.

"Pergi saja. Aku juga tidak tahu."

Aku menatap jam, oh astaga ini sudah pukul tujuh. Aku telat bangun.

"Tetapi aku masih belum mandi Emma, itu menjijikkan."

"Tidak apa Selena, Pangeran lebih utama."

Oh ia benar.

"Baiklah, terima kasih telah membangunkanku, Emma."

"Tak masalah." setelah Emma keluar dari kamarku, aku beranjak dan menatap pantulan tubuhku di cermin full body. Aku melepaskan ikatan rambutku dan membiarkannya terurai. Aku sedikit merapikannya dan menyemprotkan sedikit parfum agar bau bangun tidurku tersamarkan. Aku berjalan keluar kamar menuju kandang kuda.

Oh ayolah apa mau pria itu? Tidak biasanya ia seperti ini. Awas saja, jika sampai itu adalah hal yang tidak penting aku akan menguburnya di dekat kandang kuda kesayangannya itu. Tidak peduli jika Raja atau Ratu akan membunuhku. Yang terpenting aku telah membunuh Pangeran terlebih dahulu.

Para pelayan yang melewatiku menatapku dengan aneh.

Oh tentu saja. Siapa yang tidak akan menatapku aneh dengan penampilanku, seorang gadis dengan rambut terurai sedikit rapi, sebuah baju tidur, dan sandal kamar berbulu dengan telinga kelinci di ujungnya. Benar-benar mengerikan.

Saat aku telah sampai di depan gerbang besi berlapis emas, para pengawal di sisinya segera membukakannya untukku. Aku keluar dan melihat hamparan jalanan berbatu dengan rumput di sampingnya, udara sejuk menyambutku membuat rambutku sedikit terkibas. Hari ini cuacanya sangat indah. Di hari ulang tahunku.

Aku terus berjalan dengan kepalaku yang melihat sekeliling untuk mencari sosok lidi itu. Dan aku sama sekali tidak menemukannya. Tetapi belum sampai aku tiba di kandang kuda. Seorang pria berdiri menghadapku dengan jarak yang cukup jauh di depanku. Aku terdiam, badanku membeku, hatiku membuncah, tak terasa air mata telah siap mengalir di sudut mataku.

Walaupun jarak kami cukup jauh, namun itu tidak memungkinkan untuk aku tidak bisa melihat wajahnya. Ia memasang wajah bahagianya. Tak menunggu lama aku segera berlari dengan air mata yang telah mengalir. Aku berlari dengan kencang padanya dengan lenganku yang terbuka. Ia telah membuka lengannya untuk siap memelukku.

"Dad!!!"

Aku berteriak sebelum akhirnya menabrakkan diriku pada dirinya. Tabrakanku yang cukup keras membuat dirinya mundur dua langkah. Kami memeluk erat satu sama lain. Isakan keluar dari mulutku cukup kencang. Aku memejamkan mataku dengan erat seiring dengan semakin eratnya pelukan kami. Dapat kurasakan jika ia mencium pucuk kepalaku berkali-kali. Rasa bahagia mengalir di setiap pembuluh darahku.

Arrogant Prince [Z.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang