42

236 28 1
                                    



Ia menoleh padaku, lalu menyipitkan sedikit matanya, "Tidak." oh sialan. Mengapa ia terus mengatakan kata itu.

"Mengapa kau selalu berkata tidak?"

"Karena aku tidak mau." aku mendecak kesal. Diam-diam aku memutar bola mataku, walaupun aku sudah tidak terlalu takut dengannya tetapi aku masih belum se-berani itu di hadapannya.

"Kumohon, Pangeran. Sekali ini saja. Aku tak ingin mengecewakan Raja. Jika kau tidak mau mengikuti makan siang nanti, aku tidak akan memaksamu. Yang terpenting kau mau mengikuti sarapan pagi ini bersama keluargamu."

Ia diam; terlihat berpikir. Dan aku menatapnya dengan tatapan memohonku, oh semoga saja ini ampuh untuknya.

"Ugh, baiklah."

Seketika kedua mataku membola dan berbinar, diikuti juga dengan batinku. Mataku seperti hendak mengeluarkan cahaya kebahagiaannya. Oh tak kusangka, akhirnya ia mau mengikuti sarapan bersama keluarganya kali ini!

"Oh astaga! Terima kasih!" aku memasang senyum lebarku di hadapannya hingga kedua mataku menyipit. Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku tersenyum lebar seperti ini, yang pasti itu sudah sangat lama.

"Sekarang ikuti aku menuju ruang makan." aku sempat bingung dengan perkataannya, tetapi aku lebih memilih untuk mengangguk dengan mantap.

Aku membukakan pintu itu dan ia keluar diikuti denganku. Aku berlari kecil mengejarnya yang telah mendahuluiku setelah menutup pintu kamarnya, lalu kembali berjalan dengan ritme yang normal setelah aku berada tepat di belakangnya.

Akhirnya, setelah tiga minggu aku menjadi pengontrolnya, dan ini kali pertamanya ia mau mengikuti sarapan bersama keluarganya. Tentu saja aku sangat senang akan hal itu. Selama ini persentase kemajuannya tak cukup banyak, hanya saja yang baik adalah jika biasanya ia jarang mengikuti acara teh kerajaan, maka sekarang ia tidak pernah absen. Begitupula dengan kuliahnya, selama tiga minggu ini ia tidak pernah membolos lagi, walaupun aku harus mati-matian membangunkannya dan memaksanya, juga berdebat dengannya.

Semenjak aku menjadi pengontrol Pangeran, aku dan Ashley menjadi semakin dekat. Aku sering menceritakan kejadian yang baru aku alami di kampus, entah itu tentang Justin yang kini sangat jarang masuk, ataupun Nica yang terlalu perhatian kepadaku. Dan aku menyukai sifatnya yang satu itu, aku tak pernah merasa sangat diperhatikan seperti ini sebelumnya.

Dan perihal kepribadian Pangeran yang berubah, hingga kini aku masih tidak tahu alasannya. Entah mengapa setiap aku hendak membicarakan hal itu dengan Ashley, selalu saja terdapat gangguan, entah itu Pangeran, Will, Safaa, ataupun Doniya.

Tentu saja aku merasa sangat penasaran dengan apa yang pernah terjadi dengan Pangeran. Dan perkataan Raja yang menyangkut tentang 'sakit hati' itu juga tengah menghantui benakku. Aku sempat berpikir, yang benar saja, pria menyebalkan, tukang mengatur, pemaksa, dan kejam seperti Pangeran pernah merasakan sakit hati? Itu terlalu 'tidak mungkin' untukku. Tetapi aku tidak pernah tahu kebenarannya, mungkin saja itu benar.

"Duduklah Selena."

"A-apa?" aku menatap Ratu yang menunjuk kursi tepat di samping Pangeran yang masih kosong.

"Ikutlah sarapan bersama kami."

Seketika batinku membuka mulutnya lebar. Yang benar saja, aku harus ikut sarapan bersama keluarga kerajaan? Tidak, tidak. Aku hanya berniat mengantarkan Pangeran hingga duduk di tempatnya dengan aman dan tentram, bukannya ikut sarapan bersama mereka.

"A-aku tidak bermaksud untuk menolak, Yang Mulia. Tetapi aku tidak bisa sarapan bersama kalian."

"Ini bukan permintaan, Selena. Ini adalah perintah." aku meneguk ludahku saat Ratu berucap dengan lembut. Aku senang saat mengetahui jika ia sangat ke-ibuan seperti ini.

"B-baiklah." dengan terpaksa aku berjalan perlahan dan duduk di kursi kosong yang tersisa.

Aku dapat melihat jika Safaa dan Will sibuk memakan permen juga cokelat mereka. Ini bahkan masih pagi, dan mereka sudah memakan makanan manis seperti itu, itu tidak akan baik untuk gigi mereka. Dan di meja ini hanya ada aku, Ratu, Pangeran, Doniya, juga Safaa dan Will.

Kudengar jika Raja sedang melakukan kunjungan ke Ireland untuk suatu urusan kerajaan. Dan aku sama sekali tidak tahu menahu kapan ia akan kembali, tetapi kuharap ia akan merasa puas karena aku berhasil membuat anak lelakinya memiliki sedikit perubahan yang lebih baik.

Aku memutuskan untuk memakan semangkuk sereal yang telah disediakan oleh pelayan. Suasana ruang makan saat ini sangatlah hening, yang terdengar hanyalah dentingan sendok juga garpu. Aku sangat merasa gugup di sini. Walaupun ini bukan kali pertamanya aku makan bersama keluarga bangsawan, tetapi tetap saja. Aku sama sekali bukan bagian dari mereka, ikatan persaudaraanpun aku sama sekali tidak punya. Aku merasa sangat asing di sini walaupun mereka memperlakukanku seperti anggota keluarga mereka sendiri.

"Aku selesai."

Cukup lama akhirnya keheningan itu berhasil dipecahkan oleh suara Pangeran. Semua mata memandang padanya, begitupun denganku. Ratu tampak mengangguk, dan sedetik setelahnya Pangeran langsung bangkit dari duduknya. Ia melirikku sebentar sebelum mulai berjalan meninggalkan ruang makan ini.

Aku sebenarnya benar-benar ingin menyusulnya, tetapi sarapanku bahkan masih tersisa setengah mangkuk. Dan aku tak mungkin meninggalkannya saja.

Aku kembali melanjutkan makanku mengikuti yang lainnya. Dalam beberapa menit aku telah berhasil menghabiskan makananku tanpa tersisa. Setelah meletakkan sendokku, aku mendengar deheman dari Ratu yang membuatku menatapnya.

"Aku merasa senang karena kau berhasil mengajaknya untuk sarapan pagi ini. Itu merupakan kemajuan yang bagus. Sudah kuduga jika kau adalah orang yang tepat untuk menjadi pengontrol Zayn." ia tersenyum yang membuatku ikut menarik bibirku.

"Terima kasih, Selena. Karena kau sudah mau membantu kami untuk mengubahnya."

"Uh—itu bukan apa-apa, Yang Mulia. Dan terima kasih kembali."

Ratu berdiri dari duduknya dan menghilang di balik pintu. Selanjutnya aku juga berdiri dan hendak pergi setelah melemparkan senyumku pada Doniya.

Aku merasa kurang cukup puas karena Pangeran meninggalkan meja sebelum Ratu meninggalkan meja. Seharusnya ia menunggu Ratu untuk menghabiskan makanannya lalu pergi sebelum akhirnya ia pergi. Itulah peraturan yang ada. Tetapi yang terpenting ia telah mengikuti sarapan pagi ini, itu sudah cukup.

Aku melihat pada jam yang menggantung di dinding. Dan ini masih pukul setengah sembilan pagi, aku tidak tahu ingin melakukan apa. Ini adalah hari minggu, dan aku tidak akan berkuliah hari ini.

Entah mendapat panggilan dari mana, kakiku berjalan keluar dari istana melewati pintu belakang. Tepat setelah keluar dari gerbang besi yang besar, mataku langsung disuguhi oleh pemandangan indah juga cuaca dan angin segar dari pekarangan kerajaan. Cuaca hari ini benar-benar bersahabat.

Sembari menghirup napasku dalam-dalam, aku melanjutkan jalanku menuju kandang kuda. Baru kuketahui jika hobi baruku kali ini adalah memperhatikan para kuda yang tengah berjalan dan makan. Beberapa dari kalian pasti akan merasa bosan, tetapi tidak bagiku. Karena kupikir itu sangatlah tenang dan nyaman.

Setelah cukup dekat dengan pagar putih yang merupakan pembatas agar para kuda tidak lepas, aku memutuskan untuk menyandarkan tubuhku pada pagar tersebut dengan tanganku yang menjadi tumpuan tubuhku.

Bibirku tertarik membuat senyuman saat melihat satu kuda berwarna cokelat yang mendekat padaku. Aku mengusap kepalanya perlahan, dan ia tampak menikmatinya karena ia menutup matanya.

Ini bukanlah pertama kalinya aku bertemu dengan kuda cokelat ini. Aku sudah berkali-kali menuju kandang kuda saat merasa suntuk. Dan saat tengah memperhatikan kuda-kuda, satu kuda cokelat mendekatiku. Aku merasa sedikit takut dan perlahan mundur, tetapi terlihat bahwa kuda itu terus memandangiku yang membuatku kembali mendekat padanya, aku mengusap kepalanya dan ia tampak menyukaiku. Itulah awal pertemuanku dengan kuda ini.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Arrogant Prince [Z.M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang