"Oh maafkan aku!"
"It's okay."
Aku bergeser dan membiarkan barisan para pelayan yang tengah membawa banyak hiasan untuk persiapan pesta dansa besok malam. Selanjutnya aku kembali berjalan menuju kamar Pangeran.
Selama aku berjalan mulutku tidak bisa ditutup saat melihat berapa banyak hiasan yang diperlukan untuk pesta dansa yang katanya 'kecil' bagi mereka. Tetapi nyatanya dalam kacamataku, ini akan menjadi pesta dansa pertamaku dan yang paling besar—aku tidak tahu jika Tuhan masih membiarkanku mengikuti pesta dansa lain yang mungkin lebih besar dari ini suatu hari nanti.
"Kau memanggilku?"
Pria tampan dengan mata berwarna caramel tetapi memiliki sifat yang sangat menyebalkan namun sedikit berkurang itu menoleh dari ponselnya dan menatapku. Aku belum menutup pintu kamarnya dan ia telah berdiri lalu melemparkan ponselnya ke atas ranjang, sedangkan aku mengangkat alisku karena ia belum mengeluarkan sepatah katapun untuk menjawab pertanyaanku.
"Ikuti aku."
Aku segera menggeser tubuhku agar ia bisa keluar dan aku mengikutinya setelah menutup pintu kamarnya.
Ia berjalan di depanku dengan aku yang tepat di belakangnya. Ia sedang melewati jalan di mana tempat taman kerajaan berada, hal itu membuatku terus mengerutkan dahiku selama perjalanan. Setidaknya ia memberitahuku ke mana kami sedang menuju atau mengajakku berbicara atau juga memberitahu apa maksudnya mengajakku untuk mengikutinya—baiklah semua itu mustahil untuk orang sepertinya.
Setelah kami keluar dari bangunan dan disambut oleh suasana taman pada pukul tiga sore yang cukup cerah dengan udara dan cuaca yang sejuk, ia masih belum berhenti yang membuatku terus mengikutinya. Ia masih berjalan hingga masuk ke bagian taman kerajaan yang besar ini yang aku tidak pernah mengetahuinya.
Sesaat setelah melewati sebuah pagar yang terbuat dari semak-semak mataku disajikan oleh sebuah meja juga kursi-kursi yang indah dengan pemandangan yang sangat indah karena aku bisa melihat air mancur taman yang besar dan bunga-bunga yang terdapat beberapa ekor kupu-kupu tengah bertengger di atasnya.
Oh astaga tempat apa ini? Ini sungguh indah!
"T-tempat apa ini?" aku mengalihkan mataku yang sedari tadi tidak ingin lepas dari pemandangan indah untuk melihat Pangeran yang telah duduk di atas salah satu kursi dengan santai.
"Tempat biasa aku bersantai bersama teman-temanku."
Aku mengangguk kecil sebagai tanda bahwa aku mengerti tempat apa ini, tetapi aku juga tidak mengerti. Mengapa ia membawaku ke sini? Kurasa teman-temannya tidak akan datang kemari hari ini.
"Buatkan aku tiga teko teh."
"Bukankah acara tea time sudah lewat?"
"Apa aku mengikutinya?"
"T-tidak."
"Maka buatkan teh untuk aku minum sekarang." tekannya yang membuatku mau tak mau mengikuti permintaannya.
Aku berbalik untuk kembali memasuki bangunan kerajaan. Dan beberapa kali aku hampir tersesat karena tempat indah yang ditunjukkan Pangeran cukup jauh dari tempat biasanya aku berjalan di taman. Juga ini menambah wawasan baruku tentang denah kerajaan yang amat besar ini.
Ini adalah untuk pertama kalinya Pangeran absen dari acara teh kerajaan. Sebelumnya ia tidak pernah absen seperti yang pernah kukatakan. Tetapi entah mengapa hari ini ia memilih untuk tidak mengikutinya, dan tentu aku sudah memaksanya yang dihadiahi oleh beberapa sentakkan darinya. Aku cukup menghargai itu, karena sudah lama aku tidak mendapat bentakan darinya. Dan aku cukup merindukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant Prince [Z.M]
FanfictionApa yang kau rasakan saat kau harus menjadi pembantu pribadi seorang pangeran? Tentu sangat menyenangkan, apalagi jika pangeran itu sangat tampan. Tapi bagaimana jika sifatnya sangat berbanding terbalik dengan ketampanannya? Bagaimana bisa Dad terj...