37. Fakta Baru

109 10 0
                                    

"Zilva?  ngapain di sini?"

Gadis yang sebelumnya duduk dengan tenang menoleh dengan cepat. Matanya terbelalak kaget. "Loh Alex? Kamu kok ada di sini?"

"Ah, aku .... "

"Dia anak bungsuku," jawab pria dewasa itu. "Kalian saling kenal?"

"KAMU! TERNYATA KAMU ANAK SULTAN, KAMPRET!" teriaknya heboh. Sedetik kemudian ia membungkam mulutnya sendiri dan menunduk. "Maaf, Om, saya sudah bertindak tidak sopan."

Alex menghela napas seraya mendudukkan diri di sofa dekat Zilva. "Kamu ke sini sama siapa?"

Gadis itu menatap kedua sosok di depannya tak percaya. Ia benar-benar tak menyangka akan bertemu dengan Alex. Bahkan ia tak menyangka bahwa Levi memiliki hubungan dengan ayah Alex.

"Sama―" ucapan Zilva terputus ketika mendengar ponselnya berdering. Dengan segera ia menjawab telepon itu, "Halo, Kak. Kenapa?"

"Kenapa kamu lama?"

"Ah, aku lupa kalau aku gak boleh lama di sini, hehe. Maaf-maaf. Dua menit lagi aku keluar, gak perlu nyusul ke sini."

"Gak sudi aku masuk ke rumah itu."

"Iya ini bentar lagi aku pamit. Sudah Kak aku mau pamit dulu." Zilva memutuskan teleponnya dan tersenyum lembut ke dua sosok laki-laki di dekatnya. "Saya mau pamit pulang dulu, Om. Lex, aku pulang ya. Terima kasih."

Gadis itu menyalimi punggung tangan pria yang mengaku sebagai ayah Alex itu kemudian keluar dan memasuki mobil Levi dengan perasaan lega. Ia memasang sabuk pengaman dengan santai dan kembali mengecek ponselnya.

"Gak ada yang mau disampein ke aku?" tanya Levi.

"Kata Om Ganteng itu besok mau bicara lagi sama Kak Levi."

"Om Ganteng?"

Zilva menoleh dengan mata berapi-api. "Iya, Om itu ganteng banget. Pantesan si Alex ganteng, ternyata Papanya juga ganteng."

"Si culun itu ganteng? Pft―"

"Iya, ih. Si Alex tuh ganteng banget, wajahnya juga baby face, manis imut gitu. Entah kenapa aku dikelilingi cowok ganteng, beruntung banget ya aku, hahahaha."

Levi mulai mengendarai mobilnya dengan santai. "Coba sebutin siapa saja yang ganteng itu?"

"Papaku dong pastinya nomer satu, terus si Gabriel gantengnya pake banget, Gabe si bule, adik Gabe juga imut tuh, terus ..., Kak Christ lumayan lah. Felix tuh wajah khas chinnesse, Alex tuh manis, bapaknya juga tampan dewasa gitu, terus siapa lagi, ya?"

Levi berdeham. "Cuma itu?"

"Ah, ada satu lagi!" seru Zilva semangat.

"Siapa?" tanya Levi penasaran.

"Tetanggaku sebelah rumah itu juga beuh, ganteng!"

Senyum di bibir Levi dengan cepat luntur. Ia menghela napas berat. Gadis itu benar-benar tak peka dengan maksud pertanyaan darinya. Laki-laki itu hanya ingin dipuji saja.

"Bentar," ucap Zilva tiba-tiba.

"Apaan?" respons Levi dengan malas.

"Kak Levi juga ganteng tau'! Aish, ganteng banget!" Zilva meraih kedua pipi Levi dan mencubitnya gemas.

"Oi, sakit lepasin, aku lagi nyetir, bahaya!" Walau mulutnya berbicara dengan tegas seperti itu, nyatanya ia tak mampu menyembunyikan senyum di bibir.

Di satu sisi, Alex sedang dihujani pertanyaan oleh Papanya. Ia bahkan tak diberi kesempatan untuk terkejut melihat hubungan Zilva dengan Papanya.

"Jadi, Zilva itu siapa?"

Boyfriend In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang