32. Tentang Vania (1)

282 21 8
                                    

Vania?

-Zilva 🐽

♫~♥~♫

Hembusan angin menerpa anak rambut gadis kecil yang sedang duduk diam di bangku angkutan umum itu. Berulang kali ia mengembuskan napas, merasa lelah dengan semua kehidupan sekolahnya.

Saat tiba di jalanan daerah rumahnya tinggal, gadis itu berteriak, "Kiri, Pak!"

"Kiri, Pak!" sahut bocak lelaki serentak dengan bocah perempuan tadi.

Bemo berwarna biru laut itu berhenti beberapa detik setelah kedua bocah berbeda gender itu teriak.

Kedua bocah itu segera turun dan hendak membayar ongkos bemo tersebut.

"Loh? Uang terakhirku di mana?" Laki-laki yang tampan sejak kecil itu menggeledah setiap saku pakaiannya dan juga tas punggung yang ia pakai.

"Berdua, Pak."

Bocah perempuan yang turun bersamanya itu menyerahkan uang selembar lima ribu ke sopir bemo kemudian pergi meninggalkan bocah yang sedang membatu bingung.

"Tunggu! Aku gak bisa biarin kamu bayar ongkos bemo tadi!" teriaknya memanggil bocah perempuan tadi. Ia berlari mengejarnya.

"Terus kamu mau biarin pak sopirnya nungguin kamu? Gak apa-apa kok aku ikhlas bantu kamu. Aku duluan, ya. Kalau aku pulang telat, nanti gak jadi ditraktir es krim sama kakakku, hehe."

"Bentar, dong!" Bocah itu menarik tangan bocah perempuan itu. "Namamu siapa?"

"Zilvania Caroline Aleeza, kamu bisa panggil aku Vania." Bocah bernama Vania itu tersenyum manis. "Kalau kamu, siapa?"

"Christopher Gabe Thaddeus, panggil aku Gabe." Bibirnya tersenyum lebar hingga memperlihatkan giginya yang tanggal dua.

Vania terbahak. "Itu gigimu kenapa?"

Gabe kecil itu mengerucutkan bibirnya. "Kemarin aku jatuh terpeleset air tumpah di tangga."

"Eh ..., begitu, toh?" Vania terkekeh lagi. "Tapi kamu lucu kok kayak gitu."

Gabe tersipu malu ketika Vania mengatakan hal itu. Maniknya menangkap lebam pudar di bawah mata Vania. Tangannya terulur menyentuh lebam itu dan Vania sedikit meringis.

"Ini lebam kenapa?"

Vania menjauhkan wajahnya. "Gak apa-apa, ini cuma kurang tidur aja. Aku duluan, ya." Ia berlari meninggalkan Gabe.

"Kamu tinggal di mana?" tanya Gabe berteriak.

Vania menoleh dan tersenyum simpul. "Perumahan asri blok E nomor 35."

Bocah perempuan berwajah imut itu kembali berlari meninggalkan Gabe yang masih memikirkan letak perumahan yang disebutkan.

"Perumahan asri? Ah, cukup keluar dari perumahanku, beberapa meter sudah kelihatan perumahan asri. Nanti sore aku akan mencari rumahnya."

***

"Permisi, Vania ..., " panggil Gabe kecil ketika tiba di pekarangan rumah Vania. Rumah sederhana yang sangat berbeda jauh dengan rumahnya yang luas dan megah.

Seorang ibu berumur sekitar kepala empat itu keluar dan bingung melihat sosok asing mengunjungi rumahnya.

Gabe mencium punggung tangan Laila seraya bertanya, "Permisi, Tante, Vania-nya ada?"

Laila tersentak melihat bocah laki-laki itu. "Astaga, aku seneng ngeliat Vania punya teman sopan sepertimu. Kamu ganteng banget, ya. Rumah kamu di mana?"

Boyfriend In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang