54. Tentang Kita

95 12 2
                                    

Songong banget, pengen kutampol.

-Zilva 🐽

♫~♥~♫

Loh kok sekarang aku di kelas SMK-ku dulu? Aku mau dibawa ke mana sih?!

Zilva sedang asyik mengunyah makanan yang dibawakan Laila dari rumah. Tiba-tiba Ruth datang dan mengambil ponsel Zilva yang tergeletak manis di atas bangku.

Teman dekatnya itu memainkan gawai Zilva hingga Zilva selesai memakan makanannya. Ruth terkejut karena tiba-tiba ponsel Zilva berdering.

"Zilva, ada telepon dari nomor gak dikenal nih."

"Waduh, siapa, ya?"

Zilva menatap ponselnya beberapa saat: ragu menjawab telepon itu. "Ah bodo amat, lagipula di sini ramai." Ia menyentuh tombol hijau dan menjawabnya.

Jangan-jangan?!

"Aku traktir makan sama nonton di mall, besok minggu aku jemput di rumah."

"Hah? Oh, ini Om kemarin? Iya, boleh. Ah, tapi jangan jemput di rumah. Depan gang aja. Minggunya aku kabari lagi kalau sudah siap."

Sudah kuduga.

Gabriel mematikan teleponnya sepihak. Zilva menoleh ke arah Ruth yang menatapnya dengan ekspresi penuh curiga.

"Om ...? Zilva, kamu main sama om-om?! Gila ya kamu! Meskipun kamu jelek, masa' kamu ngerelain harga dirimu, hah?! Zilva, kok kamu relain harga dirimu sih?!" Ruth mengguncang-guncangkan bahu Zilva gemas.

"Aduh-aduh bentar Ruth. Jangan kek gini, kepalaku pusing."

Ruth menghentikan serangannya. Matanya terus menatap sedih teman perempuannya itu.

"Jadi kemarin tuh ada orang pingsan, terus aku tolong dan tadi dia telepon buat balas budi ke aku, gitu. Aku panggil dia om dari kemarin karena spontan aja, tapi sebenarnya dia seumuran sama kita kok."

"Oh gitu," jawab Ruth tak tertarik.

Zilva menganga tak percaya. "Gitu doang responsmu?"

"Yah, gak mungkin kamu beneran main sama om-om. Aku yakin Zilva gak kek gitu. Lagipula kamu jelek, om-om gak ada yang minat sama kamu."

"Gila, omonganmu nusuk!"

♫~♥~♫

Aduh-aduh, sekarang di bawa kemana lagi ini? Pusing juga dibawa lompat sana-sini.

Zilva mengutak-atik ponselnya mengetik sebuah pesan: aku udah siap, lima menit lagi aku sampai depan gang.

Aku langsung setuju pergi kencan sama Gabriel? Kenapa naif banget sih?

Gadis itu berlari kecil seraya berharap tetangga rumahnya tak ada yang melihatnya agar tak terjadi salah paham dan mengadukannya ke Laila. Matanya melihat Gabriel yang sedang memandang sedih langit biru. Ia juga tak paham maksud ekspresi itu.

"Aku bawa helm sendiri, Om." Zilva mengangkat helm yang ia gantung di lengannya.

"Nyaman banget ya panggil 'Om'," sindir Gabriel seraya memakai helm-nya.

"Ah! Maaf, Gabriel, hehe."

Oh mainnya di mall?

Setelah selesai nonton film di bioskop, mereka pergi ke salah satu restoran di dalam mall. Zilva yang tak biasa makan berdua dengan laki-laki tampan berusaha untuk menutupi wajah dengan rambutnya. Ketampanan Gabriel sukses membuat Zilva minder.

Boyfriend In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang