15. Zilva Perusak Mood

415 35 3
                                    

Aku benci perasaan cemburu yang bahkan bisa membuatku buta!

-Alex 👓

♫~♥~♫

"Hm ..., mau gue peluk? Anggap aja gue si Gabriel." Felix merentangkan kedua tangan bersiap untuk dipeluk gadis di depannya.

Zilva menatap aneh ke arah Felix. Otaknya berpikir dua kali sebelum bertindak. Mungkin tidak ada salahnya, lagipula Felix hanya ia anggap sebagai sahabat. Ia menghambur ke pelukan Felix dan menghirup aroma wangi khas laki-laki itu.

"Zilva!"

Tiba-tiba Alex mendorong Felix hingga tubuhnya terbentur tembok di belakangnya. Laki-laki itu meringis karena merasakan nyeri di punggung.

"Kamu ngapain peluk-peluk Zilva, ha?!" teriak Alex dengan mencengkeram erat kerah seragam Felix.

"Alex!"

Zilva menarik tubuh Alex, menjauhkan dari sahabatnya yang sudah meringis kesakitan. Alisnya menyatu, tatapan mata menajam, dan bibir yang tak terulas senyum sedikit pun membuat Alex kaget dengan perubahan gadis itu.

"Lain kali, kalau gak tahu apa-apa, jangan bertindak seenaknya!" tegur Zilva penuh penekanan. Setelah mengucapkan itu, ia kembali untuk memeriksa kondisi Felix.

"Felix, kamu gak apa-apa? Perlu kuantar ke UGD, gak?" tanya Zilva khawatir. Ia memeriksa punggung Felix yang terbentur.

"Haha ..., gak usah lebay deh, Zilva. Aku nggak apa-apa, kok." Alex mengusap lengan Zilva menenangkan.

"Zilva, kamu selingkuh sama dia?" tanya Alex menghampiri Zilva.

Zilva berdiri dan menatap datar manusia berkacamata di depannya. "Ulangi lagi pertanyaanmu."

Alex terkesiap, ia menggigit bibir bawahnya gugup. Wajah Zilva yang sangat dekat membuat kedua pipinya merah. "Kamu ... selingkuh sama Felix?"

"Ah, aku? Selingkuh sama Felix? Hm .... "―ia menolehkan kepalanya ke bawah di mana Felix terduduk―"enggak juga. Dia itu udah kuanggap kek saudara sendiri. Aku setia sama Gabriel, kok. Oh atau jangan-jangan ... kamu cemburu sama Felix?"

Alex terkejut mendengar ucapan Zilva. Memang benar, ia cemburu, sangat cemburu. Hanya saja, ia tak ingin menyakiti hati sang Gadis yang ia sayangi.

"Eh? Enggak! Siapa juga yang cemburu?!" Napas Alex memburu, pipinya memerah, dan matanya melihat ke sembarang arah.

Zilva bersedekap dada. Ia menatap datar sahabat yang sedang gugup di depannya. Sepertinya selama ini benar, Alex menyukainya adalah sebuah fakta.
Gadis itu bukannya tak peka, malah sangat peka. Hanya saja, ia berusaha untuk tidak menanggapi perasaan itu karena ada Gabriel, laki-laki pertama yang berhasil menggaet hatinya.

Dari awal, Zilva sudah merasa ada yang aneh dengan gelagat Alex. Ia pikir, itu adalah sikap biasa sebagai sahabat. Tapi, sejak kelakuan nekatnya yang mencium kedua pipi Zilva, kejadian itu menguatkan fakta dugaannya.

Sepertinya ini akan merepotkan. Zilva tak ingin jadi gadis tak berperasaan yang mengabaikan perasaan sahabatnya sendiri.

"Udahlah, lupain aja. Sekarang kamu harus tanggung jawab, rawat punggung Felix yang ngilu itu!" Zilva mengembuskan napas kasar, berusaha 'tuk menenangkan diri. Kenapa takdir hidupnya begitu rumit?

Alex dengan segera menghampiri Felix. Ia mengucapkan kata maaf berkali-kali. Ia sangat menyesalinya, laki-laki itu refleks melakukan perbuatan tak beradab itu. Sepertinya ia termakan api cemburu yang sangat besar.

Boyfriend In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang