45. Menuju Wisuda Sang Tampan

85 9 2
                                    

"Zilva, kita berangkat sehari sebelum acara wisuda Gabriel. Kita nginep di hotel dekat asramanya."

"Kita kesana gak mungkin cuma berdua, 'kan?" tanya Zilva.

Levi menggeleng pelan. "Mama sama Christ juga ikut. Si Christ udah minta cuti. Ah, si Gabe sama adiknya juga bareng kita kayaknya."

"Oke deh kalau rame-rame. Sekarang aku mau berangkat kerja dulu." Zilva beranjak dari duduknya dan mencium punggung tangan Levi.

"Kamu kalau cium tangan berasa punya istri tau' gak," ucap Levi dengan kekehan.

"Bukan sebagai istri, tapi sebagai anak muda. Salah sendiri Kak Levi tua." Setelah mengucapkan itu, Zilva tertawa seraya berlari kecil keluar untuk menghindari amukan Levi.

Zilva mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Udara dingin tetap mengembus kulitnya walau jaket sudah membalut tubuhnya. Ia tersenyum karena pagi itu langitnya cerah.

Setelah beberapa menit ia berkendara, tibalah ia di rumah sakit tempatnya kerja. Ia menyapa beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Senyumnya terukir manis.

"Pagi semua!" sapanya ketika memasuki ruangan.

Ia merapikan diri kemudian mulai bekerja seperti biasa. Tak lama berlalu, Nava yang seorang apoteker datang dan masuk ke ruangannya. Zilva yang menyadari kedatangannya dengan segera menyelesaikan pekerjaan dan menemui Nava.

"Bu Nava, saya mau bicara sesuatu."

"Ya, silakan."

"Begini, Bu Nava, saya mau jujur saja. Jadi, seminggu lagi pacar saya yang sekolah kepolisian diwisuda dan saya ingin menghadirinya. Karena itu ..., saya mau minta cuti tiga hari karena menginap dua malam di sana, Bu."

Nava tak langsung mengiyakannya. Ia melihat jadwal para tenaga farmasi di laptopnya dan mengusap dagu.

"Zilva, seminggu lagi kita sudah dijadwalkan sibuk, karena ada vaksinasi di rumah sakit dan tenaga kita dibutuhkan banget."

Zilva menghela napas pelan. Ia menggigit bibir bawahnya gelisah. "Baiklah, Bu, nanti akan saya diskusikan lagi dengan keluarga saya. Terima kasih, Bu Nava."

Gadis itu keluar dengan perasaan kecewa. Ia berjalan kembali ke mejanya dan mengerjakan tugasnya.

Nazaretha yang melihatnya murung, memukul pelan kepala Zilva hingga membuat wajah gadis itu yang semula murung menjadi cemberut.

"Kenapa?"

"Seminggu lagi pacar aku wisuda dan aku sekeluarga nginep di sana dua malem jadi niatnya mau minta cuti tiga hari, tapi gak bisa karena hari itu ada vaksin di sini dan kata Bu Nava kita pasti sibuk."

"Wisudanya hari sabtu?" tanya Nazaretha.

Zilva mengangguk. "Jumat harusnya aku udah berangkat."

"Bentar," ucapnya seraya pergi melihat jadwal. "Kamu hari jumat dapat shift siang, dan aku pagi. Kita tuker aja kalau gitu, bilang ke Bu Nava dan kamu berangkat setelah kerja. Bilang ke keluargamu berangkatnya sore. Masih sempat, 'kan?"

Zilva menepuk dahinya. "Astaga, kenapa otakku gak kepikiran solusi kek gini sih?!"

Nazaretha hanya tersenyum tipis seraya menggeleng. "Bilang ke Bu Nava dulu jangan lupa."

Zilva beranjak dari duduknya dan memeluk Nazaretha erat. "Kak Retha senior terbaik!"

♫~♥~♫

Gadis berpipi tembam yang sedang melamun di sofa ruang tamu dipukul pelan oleh kakak laki-lakinya. Ia meringis mengusap dahi dan beranjak dari duduk.

Boyfriend In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang