59. Maaf untuk Apa?

83 10 0
                                    

Maaf karena aku tidak memahamimu dengan baik. Maafkan aku, Zilva ...

-Gabriel 👑

♫~♥~♫

Hampa. Tubuh Zilva seperti kosong tanpa jiwa. Sudah lewat satu minggu sejak ia sadar dari komanya. Namun, gadis itu hanya melamun sepanjang hari dan menolak bertemu dengan semua kenalannya, termasuk Gabriel dan Levi.

Laila dan Christ merasa sedih melihat Zilva seperti itu. Mereka ingin melihat Zilva yang dulu. Zilva yang manis ketika tertawa, Zilva yang terkadang bersifat kekanakan, Zilva yang mengutamakan orang lain dibanding dirinya sendiri, dan Zilva yang dewasa ketika menghadapi masalah.

Ketukan di pintu memecahkan lamunan Laila dan Christ. Pintu terbuka dan keduanya langsung kelabakan ketika melihat Gabriel berjalan mendekati mereka, lebih tepatnya Zilva.

"Gabriel, Vania masih belum siap ketemu kamu. Dia―" Laila menoleh ke arah Zilva dan berharap anaknya itu tidak histeris lagi seperti hari-hari sebelumnya.

Beberapa hari terakhir Zilva menjadi histeris ketika bertemu dengan Gabriel dan Levi. Ia menangis tersedu-sedu dengan gumaman di mulutnya. Bahkan ia melempar benda-benda di sekitarnya untuk mengusir Gabriel, seperti bantal, buku di atas laci dan parahnya ia pernah melempar tiang infus dengan abocath yang masih tertancap di tangannya. Karena tertarik paksa, tangannya mengeluarkan darah hingga meninggalkan bercak darah di baju dan sprei kasurnya.

Karena kejadian itu, sebisa mungkin Laila melarang Gabriel dan Levi untuk bertemu Zilva sampai gadis itu sendiri yang menginginkan untuk bertemu.

Tetapi sekarang berbeda. Zilva menoleh perlahan ketika menyadari keberadaan Gabriel dan menatapnya dengan hampa.

Lelaki itu meneguk salivanya susah payah, berusaha untuk menghilangkan rasa gugupnya. Sebelum datang, ia sudah bertekad untuk menyampaikan semuanya ke Zilva. Ia sudah tak bisa mundur lagi.

Dada Gabriel terasa sesak ketika melihat tatapan hampa itu. Ia berjalan semakin dekat dengan Zilva lalu meraih tangan kiri gadis itu dan duduk bersimpuh.

"Zilva, aku sungguh-sungguh ingin minta maaf. Semua kesalahanku sebelum kamu kecelakaan di pabrik dan masalah delapan tahun lalu, aku ingin minta maaf untuk semuanya."

Tak direspons. Zilva hanya diam menatap lelaki di depannya. Tatapan itu berhasil membuat Gabriel resah. Sedikit lagi air matanya akan turun jika Zilva hanya membungkam diri seperti itu.

Di satu sisi, Laila tiba-tiba teringat sesuatu. Delapan tahun lalu? Seperti melihat sebuah film, otaknya seketika mengingat serangkaian peristiwa delapan tahun lalu.

"Kamu! Mama ingat sekarang! Christ, ingat waktu Vania kecelakaan lalu lintas delapan tahun lalu sampai kepalanya pendarahan?! Dia adalah satu-satunya orang yang dilupakan Vania! Dia adalah penyebab kecelakaan Vania dan pemicu traumanya! Pantas saja pertama kali datang ke rumah wajahnya terlihat gak asing. Ternyata kamu laki-laki yang diusir Vania waktu di rumah sakit dulu!"

Christ menggertakkan giginya geram. Ia menarik kerah baju Gabriel dan menatapnya nyalang. "B*JINGAN! AMNESIA DISOSIATIF ADIK GUE JADI SEMAKIN PARAH TERNYATA ITU SEMUA KARENA LO! Gue udah curiga sejak pertama kali lo datang ke rumah. Vania yang sejak keluar dari rumah sakit gak pernah sakit kepala, tiba-tiba kambuh lagi sejak lo datang ke kehidupan adik gue! Lo gak pernah tahu karena Vania gak pernah nunjukin rasa sakitnya di depan semua orang terutama lo! Gue gak pernah sanggup lihat adik gue menahan rasa sakit dan cemas seperti itu. Untuk sekarang, LO KELUAR DARI SINI DAN JANGAN PERNAH MUNCUL SEBELUM VANIA YANG MINTA KETEMU! B*NGSAT!"

Boyfriend In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang