Tanganku tak mampu jika harus melukaimu.
-Gabriel 👑
♫~♥~♫
Saat ini, kelas yang dihuni Zilva yang biasanya damai walau jamkos sekali pun, mendadak ricuh karena semua perempuan di kelasnya menggoda Alex. Kejadian beberapa bulan yang lalu saat di Jogja membuat laki-laki berkacamata itu mendadak viral.
“Duh …, jangan kek gini, dong!” teriak Zilva ketika wilayahnya terusik. Duduk Zilva tepat di sebelah Alex, otomatis gadis itu kena imbasnya.
Sedangkan, Ruth hanya santai mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk mengisi jamkos. Sebenarnya, entah kenapa hatinya merasa panas melihat Alex dikelilingi perempuan di kelasnya.
Astaga, beruntung banget si Alex sialan itu. Dulu dihina, sekarang dipuja, batin Ruth di sela-sela menulisnya.
Zilva yang semakin gerah karena tingkah laku teman-temannya, dengan cepat ia berdiri dan mendorong semua temannya dalam satu dorongan. Kekuatannya luar biasa, bukan? Ia memberikan tatapan yang seolah-olah mengartikan: lo ganggu gue lagi. Gue bunuh!
Dan berhasil, mereka semua meringis lalu melangkahkan kakinya kembali ke bangku mereka masing-masing.
“Kamu cemburu?” tanya Alex setelah Zilva berhasil mengusir semua teman perempuannya yang telah mengusik kenyamanannya.
Sontak Zilva menolehkan kepalanya ke Alex dan alisnya menyatu pertanda bingung. “Aku? Cemburu? Cemburu kenapa?”
Oh, sh*t. Dia polos dan gak peka banget. Pengen ku tabok, deh. Tapi, aku sayang, batin Alex yang diakhiri dengan senyuman kecil.
“Lah, sekarang malah senyam-senyum kek orang bego,”―Zilva menyentuh keningnya, memastikan Alex tidak demam hingga membuatnya jadi orang gila―“enggak panas, kok. Oh, iya. Kamu gak lupa sama kulit, ‘kan?”
“Kulit? Matamu dimana? Seluruh tubuhku dipenuhi sama kulit gini. Kalau gak ada kulit, tubuhku jadi horror tahu, gak!”
Zilva menghembuskan napasnya. “Astaga, dia ini peringkat tiga, tapi, kok, bego begini, sih?” Gadis bertambun itu bangkit dari kursi dan menepuk jidat Alex beberapa kali dan menjambak rambutnya. Laki-laki itu meringis dan berusaha untuk melepaskan diri. “Kamu itu viral gara-gara siapa coba’? Kalau bukan karena aku yang maksa kamu buat di foto, kamu gak akan jadi seperti ini. Foto candid itu hasil jepretan siapa coba’?”
Alex menggenggam pergelangan tangan Zilva yang sudah membuat rambutnya berantakan karena hasil karyanya: menjambak.
Laki-laki itu mengikis jarak mereka. Wajah mereka semakin mendekat, bahkan ia bisa merasakan hangat napas Zilva menyapu wajahnya.
Zilva yang merasa akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, dengan cepat ia mengangkat kepalanya dan berusaha untuk melepaskan tangannya dari cengkeraman Alex. Tapi, sayang. Alex menahan kepala gadis itu dengan mengapit kedua pipinya dengan satu tangannya yang lain.
Alex mencium sekilas pipi Zilva dan mengucapkan kata, “Makasih.”
“WOI, KALAU MAU PACARAN JANGAN DISINI!” teriak Lolita hingga membuat semua mata menuju ke arah mereka berdua.
Zilva melebarkan matanya dan dengan cepat ia kembali duduk di bangkunya dengan perasaan kaget yang tak bisa ia utarakan dengan kata-kata. Ia sungguh tak menyangka Alex yang notabene sahabatnya, bisa melakukan hal tak senonoh seperti itu. Ah, ayolah, itu hanya sebuah ciuman pipi. Tapi …, ah, biarkan lah si Zilva yang mengatasi hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend In My Dream
Teen FictionMIMPI. Semua orang menganggap apa yang ada di dunia mimpi tak akan terjadi di dunia nyata. Tapi sepertinya itu semua tak berlaku bagi Zilva. Gadis bertambun itu dikejutkan dengan kehadiran laki-laki yang mengaku sebagai pacarnya yang sebelumnya ia...