11. Zilva Minta Putus?!

617 51 8
                                    

Bisakah kamu menceritakan setitik awal kisah kita?

-Zilva 🐽

♫~♥~♫

“Zilva, kamu kenapa, sih? Lagi PMS?” Gabriel menahan lengan Zilva yang entah kenapa tiba-tiba marah berlebihan dengan siapa pun dan apa pun. Bahkan keluarganya jadi korban rasa kesal gadis bertambun itu.

“Lepasin!”―ia menyentak dengan cepat tangan yang melingkar di lengannya―“aku ‘kan udah pernah bilang. Ini rumah bukan punya kamu, jangan asal masuk ke rumah orang lain sembarangan!”

“Zilva, gak biasanya kamu kayak gini. Kamu kenapa?” tanya Gabriel dengan nada selembut mungkin.

Gabriel benar-benar tak menyangka Zilva akan kemasukkan setan yang tak jelas asal-usulnya. Tak biasanya Zilva marah besar dengannya hanya karena masalah sepele. Ia berusaha untuk meredam emosi yang sejak tadi sudah Zilva pancing.

“Oh iya, kamu ‘kan anak orang kaya. Sepertinya kamu dididik untuk tidak menghormati manusia miskin kek aku, ‘kan? Kalian hanya menghormati sesama manusia yang punya derajat dan kasta yang sama, bukan? Apa aku salah, wahai Gabrielo Othniel Serafin?” Zilva tersenyum dan tangannya bersedekap dada.

“Hentikan, Zilva!” bentak Gabriel tiba-tiba.

Bibir yang semula mengulas senyuman manis, kini telah memudar hanya karena sebuah bentakan yang dilontarkan Gabriel. Air mata berhasil lolos dari pelupuk matanya, gadis itu hanya diam membisu. Ini benar-benar ide yang bodoh, ia tak menyangka akan berakhir tragis seperti ini.

“Kau kenapa, sih?! Kenapa kau merusak susasana hatiku saat ini? Apa kau tak ingat, hari ini adalah tahun pertama kita menjadi sepasang kekasih? Kau malah merusak hari yang indah ini. Kau membenciku? Iya? Jawab Zilva!” Gabriel mencengkeram erat kedua bahu Zilva hingga gadis itu meringis pelan.

Zilva tersenyum getir. Air matanya enggan untuk berhenti mengalir, ia bingung apa yang harus dilakukan agar masalah yang ia ciptakan bisa mereda. Ia tak menyangka Gabriel akan membentaknya balik. Tubuhnya gemetar karena menangis.

“Kamu … jahat banget. Aku mau kita put―” ucapan Zilva terhenti ketika bibirnya dibungkam dengan sebuket bunga.

“Jangan pernah sekali pun kata terkutuk itu keluar dari mulutmu.” Buket bunga yang awalnya ia gunakan untuk membungkam mulut Zilva, ia berikan pada kekasihnya dengan senyuman lebar. Kado yang sebelumnya berada di atas meja ia ambil dan ia berikan pada Zilva. “Happy anniversary, sayang.”

Air mata Zilva semakin deras ketika melihat aksi Gabriel. Ia terharu dengan sikap Gabriel yang tak bisa ia tebak.

Dengan cepat ia memeluk Gabriel dengan erat. “Gabriel, maafkan aku. Aku tidak berniat untuk membentakmu. Aku hanya berniat membuat prank dan memberikan kado ini untuk kamu,”―ia melepaskan pelukannya, mengambil kado yang sudah ia siapkan sebelumnya dan kembali memeluk Gabriel―“tapi, aku bener-bener gak nyangka kamu akan bentak aku balik.”

Gabriel mengusap kepala Zilva yang berada di bawah dagunya. “Zilva, aku hafal betul sama sifatmu. Walau kamu lagi PMS pun, kamu gak akan tega bentak aku hanya karena masalah sepele.”

“Jadi, kamu udah tahu?” Zilva mendongakkan kepalanya dan menatap lensa mata Gabriel.

“Ya.”

Boyfriend In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang