56. Gabriel dan Masa Kelamnya

71 7 0
                                    

Hahaha! Jadi selama ini kamu anggap aku apa?!

-Zilva 🐽

♫~♥~♫

"Jangan pergi dariku ... ya?" lirih Gabriel di telinga Zilva.

Ya ampun, Gabriel hari ini sweet banget! Berasa liat drama romantis!

Zilva menepuk lembut punggung lebar milik Gabriel hingga laki-laki itu puas memeluknya. "Aku nggak ke mana-mana, kok."

Gabriel melepas pelukannya dan menarik Zilva untuk duduk di dekatnya. Ia menaruh kepalanya ke pangkuan gadis itu.

Zilva yang masih belum terbiasa dengan tingkah Gabriel yang mendadak hanya bisa menahan napas.

Aduh aku jadi nyamuk di sini.

Tak nyaman dengan suasana yang terlalu hening di antara mereka, Zilva membuka suara. "Gabriel, aku boleh tanya sesuatu gak?"

Dengan mata tertutup, laki-laki itu bertanya balik, "Tanya apa?"

"Apa yang kau sukai dari aku? Wajahku jelek, badan gak proporsional pula," tanya perempuan itu dengan semburat merah di pipi tembamnya.

Laki-laki itu mengembuskan napasnya dan menatap mata teduh kekasihnya. "Aku melihat kecantikan yang memancar dalam wajahmu, dan aku tahu kamu pintar. Aku suka kamu apa adanya."

Perempuan itu tersipu malu dan mencubit kedua pipi kekasihnya yang tertidur di pangkuannya. "Ah kamu bisa aja. Kan aku jadi malu."

"Itu adalah fakta, Zilva," ucapnya dengan senyum.

Astaga! Gabriel bisa-bisanya bikin anak orang baper!

Setelah itu, percakapan mereka mengalir begitu saja. Zilva menceritakan semua tentang kehidupan sekolahnya, keluhan dan rasa syukur ia ceritakan semuanya. Tak hanya itu, ia juga menceritakan tentang keluarganya.

"Kak Christ tuh cowok tulen, wajahnya juga lumayan. Tapi kalau sama aku, astaga mulutnya nyerocos mulu kek cabe-cabean. Aku heran kenapa Kak Christ gak bisa romantis ke adiknya kek abang-abang lainnya."

Gabriel tertawa ringan mendengar keluh kesah yang diceritakan Zilva dengan cara menggebu-gebu. Ia menekan kedua pipi Zilva hingga mulutnya maju beberapa senti.

"Semangat banget ya ceritanya."

"Ahahaha ... maaf ya, Gabriel. Sejauh ini cuma kamu yang antusias dengar aku cerita. Biasanya aku cuma jadi pendengar karena aku gak terbuka sama orang lain." Zilva menggaruk kepala canggung. "Omong-omong kamu punya kakak atau adik gak, Gabriel?"

"Ada satu kakak laki-laki, tapi dia .... " Gabriel tak melanjutkan ucapannya dan hanya mengembuskan napas.

Zilva membiarkan keheningan di antara mereka. Sepertinya ada yang ingin dibicarakan Gabriel, begitu pikirnya.

Setelah beberapa saat, Gabriel bangkit dari pangkuan Zilva dan mendudukkan dirinya. Ia meraih tangan gadis itu seraya berkata, "Zilva, aku ingin cerita sesuatu hal penting. Karena kamu sudah terbuka, aku akan jujur tentang semuanya."

Gadis di depannya menghela napas agar tenang dan fokus. Ia menggangguk, memberi tanda bahwa ia sudah siap.

"Aku dan kakakku adalah anak dari ayah yang berbeda. Mamaku diperkosa oleh mantannya yang masih cinta meskipun Mama sudah menikah dan punya anak. Papa dan mantan Mama adalah teman dekat, dan saat Papa pergi karena urusan pekerjaan selama beberapa bulan, mantannya itu melancarkan aksi bejatnya."

Boyfriend In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang