Cuma bisa pasrah. Kalau sudah terlanjur mati pun tetap gak bisa protes, bukan?
-Zilva 🐽
♫~♥~♫
Di malam hari sekitar pukul tujuh, seorang gadis sedang berjalan tertunduk menatap langkah kakinya di tengah guyuran hujan dengan payung berwarna merah gelap melindungi kepala dan badannya.
Udara dingin menerpa kulit tubuhnya. Orang-orang lebih memilih untuk tidur lebih awal karena cuaca yang sejuk itu. Gadis itu terus berjalan menyusuri setapak jalan hingga ke toko sembako tujuannya.
Eh dia siapa? Ini aku di mana juga?
Setelah membeli apa yang diperlukannya, gadis itu hendak pulang ke rumahnya. Beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba cahaya lampu menyorot ke arahnya. Otomatis ia mendongakkan kepala ke arah cahaya itu.
AWAS, BODOH!
CKITT ... BRAK!!!
Dia mirip banget sama aku yang dulu.
Menutup mata erat. Gadis itu hampir saja tertabrak pengendara motor. Ia cukup syok dengan kejadian itu. Terlihat dari badannya yang gemetar. Ia memutuskan untuk mendongak; menatap kemudian berniat melemparkan berbagai kata umpatan untuk pengendara tak waras itu.
Namun semua niatnya itu menguap ketika melihat pengendara itu terkapar tak bergerak. Gadis itu dengan spontan mendekatinya ketika mendengar gumaman dari pengendara dengan wajah yang terbungkus helm full face berwarna hitam pekat.
"Maafin aku, Ma ..., " gumamnya.
"Maaf ...? Omong-omong aku bukan Mamamu." Gadis itu juga ikut terheran.
Ia jepit gagang payung diantara leher dan pundaknya lalu tanpa aba-aba gadis itu mengangkat motor sport berukuran besar yang roboh diatas tubuh pengendara itu kemudian ia standarkan.
Astaga, kuat juga dia.
"Maaf, Om gak apa-apa?"
Hening.
Gadis itu mengembuskan napas pelan kemudian tanpa babibu lagi ia memapah tubuh pengendara itu hingga ke rumah. Namun karena kesulitan memapah orang dengan payung dan juga mi instan lengkap dengan telur yang baru saja ia beli, akhirnya ia lepas payung itu sehingga membuatnya terguyur hujan secara langsung.
Ia memapah orang itu hingga ke rumah dan membaringkannya di sofa depan. Kemudian menuntun motornya sampai di parkiran dekat rumah.
Oi oi, berani banget kamu bawa orang ke rumah yang lagi sepi!
Gadis itu dengan segera mengambil handuk dan mengganti baju. Lalu ia mengambil handuk yang lain untuk pengendara yang sudah ia baringkan di sofa panjang.
Ia mendudukkannya dari yang semula berbaring kemudian membuka helm full face itu dengan perlahan.
"Wih, ganteng!" serunya ketika wajah pengendara itu terlihat.
GABRIEL?! Tunggu sebentar, aku sadar aku ini Zilva. Terus dia yang lagi sama Gabriel siapa dong? Dia aku yang dulu? Kenapa aku di sini? Kak Levi mana?! Jangan-jangan aku ... mati?
"Mama ..., " gumam Gabriel lirih.
Wajah Gabriel terlihat pucat. Bibirnya samar-samar mulai membiru karena kedinginan. Zilva tak tega melihatnya.
Au ah bodo amat ... ikut aja lah mau dibawa ke mana, asal jangan ke neraka.
Dengan segera Zilva mengeringkan rambut dan kepala Gabriel dengan handuk putih yang ia bawa. Lalu ia berniat melepas jaket hitam yang dipakai Gabriel dengan hati-hati agar tidak terbangun. Ia membukanya agar laki-laki itu tak masuk angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend In My Dream
Teen FictionMIMPI. Semua orang menganggap apa yang ada di dunia mimpi tak akan terjadi di dunia nyata. Tapi sepertinya itu semua tak berlaku bagi Zilva. Gadis bertambun itu dikejutkan dengan kehadiran laki-laki yang mengaku sebagai pacarnya yang sebelumnya ia...