9. Gabriel Terkedjoed

634 51 8
                                    

Mungkin cinta itu memang nyata keberadaannya.

-Ruth 🎀

♫~♥~♫

Zilva menarik koper yang berisi pakaian dan juga peralatannya yang akan ia gunakan saat di Jogja beberapa hari ke depan. Saat langkah kakinya menginjak teras rumah, Gabriel datang namun tidak dengan motor yang biasa ia kendarai, ia jalan kaki.

“Loh, Gabriel? Kok, jalan kaki? Gak bawa motor?” Zilva menaruh ponselnya ke dalam tas selempang yang sebelumnya ia gunakan untuk memesan ojol. Namun niatnya itu ia urungkan kembali melihat Gabriel datang. “Kamu mau nganterin aku? Wah, pasti berat bawa koper segede gitu naik motor tinggi.”

“Gak usah dikode aku udah peka.” Gabriel menarik koper Zilva dan meninggalkan gadis itu yang masih terpaku dengan ucapannya―gak paham.

Zilva pamit ke seluruh keluarganya dan berjalan mengikuti Gabriel yang sudah di ujung gang rumahnya. Ya, sebuah mobil beroda empat berwarna hitam mengkilap terparkir dengan elit di sisi jalan. Zilva tak pernah mengira setajir apa kekasihnya ini.

Gabriel yang sibuk mengangkat koper kekasihnya, kedua netra coklatnya melihat Zilva yang masih melongo. Ia menghembuskan napasnya dan menggelengkan kepalanya. Lagi pula ini semua bukan miliknya. Ia hanya meminjam apa yang di berikan untuknya.

“Yuk. Kamu nanti ketinggalan bis, baru tahu rasa!” Gabriel menarik pelan lengan Zilva agar gadis itu tidak berlama-lama memandang mobil yang bukan miliknya. “Ngapain kamu duduk di belakang?” Gabriel menatap heran Zilva yang duduk dengan tenang di jok belakang.

Gadis itu menyengir dan memasang wajah tak berdosa. “Gak sopan kalau aku duduk sama kamu. Hehe ... ”

“Zilva sayang, kamu ini lagi sama pacar, bukan abang taksi online. Cepet pindah depan,” perintahnya. Zilva mengerucutkan bibirnya dan membuka pintu mobil depan, kemudian mendudukkan pantatnya di jok depan samping kiri Gabriel.

Laki-laki berparas tampan itu tiba-tiba mendekatkan wajahnya dan hampir saja … Entah kenapa ia merasakan gejolak aneh dalam dirinya kala melihat bibir tipis Zilva yang ia majukan beberapa senti.

Zilva menjauhkan tubuhnya saat Gabriel dengan tiba-tiba mendekatkan wajahnya. Ia bisa merasakan deru hangat napas kekasihnya yang menyapu wajah bulatnya. Gadis itu menahan napas dan ragu untuk menjauhkan Gabriel dari wajahnya yang tinggal beberapa senti itu.

“Ah …, hampir saja.” Ia menjauhkan kembali wajahnya. “Maafkan aku, Zilva. Hari ini aku benar-benar aneh.” Gabriel mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Jantungnya berpacu cepat dan dahinya berkeringat. Ia merasa kesal dengan dirinya yang benar-benar aneh hanya karena melihat bibir sang kekasih. Ia menampar keras pipinya agar dirinya kembali tersadar.

Zilva terlonjak kaget melihat Gabriel yang tiba-tiba menampar pipinya sendiri. “Gabriel? Kamu kenapa? Kok, nampar pipi sendiri?”

“Maaf, Zilva. Hari ini aku benar-benar aneh.” Gabriel mengusap kasar wajahnya.

“Aneh kenapa?” Zilva merogoh sesuatu di tasnya. Dan ternyata ia mengambil permen loli rasa cola di tas selempangnya dan membuka bungkusnya. “Nih makan, biar gak aneh.”

Gabriel membuka mulutnya dan membiarkan rasa cola terkecap di lidahnya. Ia menatap kekasihnya dari samping yang sedang asyik memandang jalanan yang dipenuhi dengan kendaraan berlalu-lalang.

Untung dia polos, batin Gabriel.

♫~♥~♫

“Ruth …! ” Zilva membuka pintu mobil dan berlari menghambur ke pelukan Ruth.

Boyfriend In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang