8. Antara Cinta dan Sahabat

683 52 6
                                    

Tuhan, bolehkah aku meminta satu hal? Aku ingin dia jadi milikku.

-Alex 👓

♫~♥~♫

"Wah, gak kerasa udah kelas sebelas aja, nih." Zilva mengunyah nasi goreng kesukaannya. Ruth dan Alex mengangguk bersamaan. "Minggu depan kita ke Jogja, dong ..., uhuy."

"Tapi beberapa bulan lagi kita juga magang," sahut Ruth.

Zilva mengerucutkan bibirnya. "Gak usah dibahas dulu, itu masih lama." Gadis itu menoleh ke Alex dan bertanya, "Kamu di bis duduk sama siapa? Terus tidur di hotel sama siapa? Kalau bis cuma muat dua orang, dan hotel gak mungkin dong kita sekamar?"

Alex yang asyik memakan tahu bakso, menoleh dan mengangkat bahunya sebagai jawaban tidak tahu.

"Lex," panggil Zilva.

"Hm?" Alex menoleh dan menatap gadis itu.

"Kamu kapan ganti kacamatanya, sih?! Ini udah kelas sebelas, loh." Zilva mengambil kacamata yang tergeletak di atas bangku Alex dan menatapnya.

"Otewe. Mamaku juga gak mau beliin, beliau masih takut."

Zilva hanya mengangguk-anggukan kepalanya paham. Lalu matanya menatap penampilan Alex. Mulai dari pakaian, rambut dan lainnya.

"Lex, sini bentar, deh." Zilva melambaikan tangannya agar Alex mendekatkan kepalanya. "Ya gak terlalu deket juga, bego!" Spontan Zilva memukul wajah Alex karena laki-laki itu mendekatkan wajahnya terlalu dekat.

Jari-jarinya mulai menyentuh rambut Alex dan mulai menatanya agar terlihat lebih tampan. Gadis itu sedikit kebingungan tentang gaya rambut laki-laki yang cocok untuk Alex, dengan bentuk wajah oval.

Gadis itu mengambil ponselnya, membuka galeri kemudian menatap gaya rambut kekasihnya yang selalu terlihat keren. Rambut Gabriel di pangkas pendek dengan gaya rambut sedikit berantakan yang membuat wajahnya semakin tampan.

Alex hanya bisa pasrah ketika rambutnya dimainkan sahabatnya. Ia melanjutkan memakan tahu bakso dan sesekali memainkan ponselnya. Tiba-tiba Zilva melepas kembali kacamata yang Alex pakai.

"Wah cogan!" teriak Zilva dan Alex hanya menoleh bingung.

Rambut Alex yang awalnya disisir rapi ke kanan, kini berhasil Zilva atur hingga menjadi tampak tampan di matanya. Ia naikkan sedikit rambutnya dan membiarkannya sedikit berantakan.

"Zilva, dia udah kek bad boy sekolah." Ruth takjub dengan perubahan Alex.

"Bentar."

Zilva mendekatkan dirinya, membuat Alex menahan napasnya karena terkejut. Tangan lentiknya membuka kancing teratas seragam putih yang Alex pakai dan mengendurkan ikatan dasinya.

"YA AMPUN! PACARI AKU, BANG!" teriak Zilva heboh.

Teman sekelas mereka yang awalnya sibuk dengan makanannya, menoleh karena teriakan Zilva dan mendapati sosok laki-laki tampan. Bahkan Lolita terkejut bukan main hingga membuatnya tersedak minuman.

"Abadikan ini!" Zilva mengambil ponselnya dan memotret Alex.

Ruth segera mengambil ponsel Zilva dan menukar mode kameranya menjadi kamera depan. Gadis kecil itu menyuruh Alex untuk pose cool di depan kamera. Beberapa kali jepretan, hasil foto mereka bertiga sungguh memuaskan.

♫~♥~♫

"Kenapa, Lex?" tanya Zilva saat ia mengangkat panggilan video dari Alex.

Boyfriend In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang