Lima Puluh Delapan

3.9K 230 75
                                    

Keesokan harinya, Gracia masih ada di rumahnya dan Shani di apartemennya. Tidak ada komunikasi dari mereka sejak kejadian kemarin. Shani sudah berkali-kali menghubungi Gracia, tapi percuma saja. Shani ingin segera meminta maaf ke Gracia. Rasanya hampa tanpa Gracia, tidak ada yang memeluknya, memberikan morning kiss, mengusap-usap kepalanya saat mau tidur dan masih banyak lagi.

Shani yang sudah terbiasa dengan semua perhatian Gracia mendadak kesepian tanpa adanya Gracia. Sedangkan Gracia juga sama, tapi rasa kecewa yang membuatnya memendam semua perasaan rindu yang ada di hatinya.

Beberapa hari berlalu Gracia sering sekali menghilang, dia hanya ada saat jadwal saja. Gracia juga mulai merespon chat Shani namun hanya seadanya saja. Setelah kegiatan selesai. Gracia pasti pulang dijemput oleh kedua adiknya, dia masih enggan pulang dengan Shani dan selalu beralasan bahwa ada urusan.

Shani yang setiap harinya pulang ke apartemen sendiri, kini mulai terbiasa dengan keadaan kamarnya yang hanya diisi olehnya. Namun bukan berarti Shani baik-baik saja, rasa sepi selalu menghampiri.

Shani sangat merindukan sosok yang dia cintai, Shani rindu saat memeluknya kala tidur dan dipeluknya kala tidur. Sampai-sampai Shani mengganti bedcover dan sarung bantalnya menjadi warna ungu, setidaknya untuk menghilangkan rasa rindu. Bahkan Shani mengucapkan selamat tidur pada guling ungu dan menciumnya sebelum tidur dan ia merasa Gracia lah yang Shani cium.

Sudah cukup lama sampai perasaan Gracia membaik, hingga ada suatu event dimana Gracia dan shani ikut pada suatu acara music off air. Shani berinteraksi dengan salah satu artis, Shani terlihat menimpali seperlunya namun sang artis begitu antusias, karena paras cantik Shani pasti bisa memikat hati.

Gracia hanya melihat tanpa berkomentar ingin rasanya menarik Shani dari sana, namun Gracia sadar dan ingat bahwa dia tak boleh untuk cemburu. Shani memergoki Gracia menatap kearahnya dan menarik nafas lelah, untung saja panggilan dari staff membuat Shani bisa pergi dari sana.

Shani pun menghampiri Gracia yang sedang duduk sendiri sambil memainkan hpnya. Mengabaikan kedatangan Shani yang sebenarnya dia sadari.

"Gee." Dengan nada khas Shani memanggil Gracia.

"Hm?" Sahut Gracia tanpa mengalihkan fokusnya dari HP.

"Maaf tadi....."

"Gapapa kok gapapa. Mungkin dia tertarik sama kamu." Potong Gracia.

"Kamu cemburu Ge?" Tanya Shani dan berharap Gracia bilang iya.

"Enggak." Jawab Gracia mencoba santai.

Shani menangkup kedua pipi Gracia dan mengarahkan wajahnya itu untuk menatapnya. Tatapan Gracia yang lagi-lagi membuat Shani merasa bersalah.

"Ge, kamu cemburu kan?" Tanya Shani berkaca-kaca.

"Enggak." Jawab Gracia namun tidak menatap kearah Shani.

Shani menarik tangan Gracia namun Gracia melepaskannya. Shani tidak membiarkan hal itu, dia kembali mencengkeram tangan Gracia dengan erat, tidak ingin kesempatan meminta maafnya kembali hilang.

"Ikut aku, atau aku bakal cium kamu depan semua orang disini." Ancam Shani.

Gracia menarik nafas lelah dan menuruti keinginan Shani, bukan karena dia takut, tapi karena Gracia tidak mau terjadi kegaduhan karena Shani nekat menciumnya disini.

Gracia dan Shani kini ada di sebuah bilik toilet, Shani menguncinya rapat-rapat. Gracia menunggu apa yang akan dilakukan oleh Shani. Shani berbalik menatap Gracia dengan mata yang berkaca-kaca. Tolonglah, Gracia tidak ingin Shani menangis.

"Kenapa kamu bohong Ge? Kenapa kamu nggak jujur kalau kamu itu cemburu?" Tanya Shani dan dia meletakkan kedua tangannya di pundak Gracia.

"Bukannya aku nggak boleh cemburu ya?" Tanya Gracia lirih dan berusaha untuk menghindari tatapan Shani.

UNPREDICTABLE [GRESHAN] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang