Dua puluh Satu

5.4K 417 43
                                    

Shani mengerang kesal, dia bingung harus melakukan apa. Jika Shani menuruti Viny, sama saja Shani bunuh diri. Walaupun Gracia tidak melihat, pasti tetap akan ketauan suatu saat nanti. Tapi, jika Shani tidak menurut, sama saja Shani membiarkan Gracia celaka.

Sialan, Shani benci dengan keadaan saat ini. Shani berusaha menghubungi Gracia dengan cara telepon dan juga chat. Semuanya sia-sia karena Gracia pasti tidak akan memegang hp. Shani harus apa?

Jam menunjukkan pukul 1 siang, masih ada waktu 3 jam untuk Shani berpikir. Rasanya tidak mungkin dia harus meminta bantuan dari anak- anak K3. Mereka tidak terlalu bisa diandalkan untuk masalah seperti ini.

Shani ingin meminta bantuan Beby, tapi dia juga kapten dan pasti dia sedang bersama Gracia saat ini. Shani hampir frustasi memikirkannya. Jam 3 sore Shani mendapatkan pesan lagi dari Viny, isinya tempat dimana mereka akan bertemu.

"Anj......" Shani melotot karena Viny meminta mereka bertemu di salah satu restoran di FX Sudirman.

"Mama, Shani mati sekarang boleh nggak?" Batin Shani sengsara.

"Maaf Ge, terserah nanti kamu mau marah atau mau cerai sama aku. Aku cuma mau kamu baik-baik aja, maafin ci Shani ya Gege." Gumam Shani sambil melihat salah satu foto kenangannya bersama Gracia.

Dengan sangat terpaksa Shani akan menemui Viny. Shani terus berdoa semoga Gracia ataupun teman-temannya tidak melihat, Shani sendiri tau doa itu tidak akan terkabul. Tapi tidak ada salahnya kan?

Jam 4 tepat Shani sudah ada di hadapan Viny. Di tempat yang tadi sudah ditentukan seenak jidat oleh mantannya ini. Viny tersenyum manis ke arah Shani, berbeda dengan Shani yang datar-datar saja.

"Duduk dulu sayang, kita makan. Kamu mau apa?" Tanya Viny lembut.

"Terserah." Jawab Shani dingin.

"Oke sayang." Viny memesan untuk mereka berdua.

Beby yang kebetulan sudah selesai rapat dengan kapten team dan beberapa staff berniat untuk makan. Tanpa sengaja dia melihat Shani yang sedang berduaan dengan Viny.

"Bukannya kata Gracia, Shani di apartemen ya?" Batin Beby heran.

Beby memutar balik langkahnya untuk menyusul Gracia yang sepertinya sedang mengantarkan Celine ke lobby. Beby melihat Gracia melambaikan tangan ke arah Celine yang sudah dijemput oleh mamanya.

"Gre!!" Panggil Beby.

"Iya abang? Kenawhy?" Tanya Gracia.

"Temenin makan yuk." Ajak Beby.

"Mau pulang aja, hp aku lowbet nih. Belum ngabarin ci Shani." Tolak Gracia.

"Abang cuma sendiri ini, nanti abang pinjemin hp buat ngasih kabar ke Shani. Sekarang ikut aja yuk, abang traktir udah." Beby menarik tangan Gracia sebelum Gracia menjawab.

Gracia tidak menolak lagi, jarang juga dua ditraktir abangnya ini. Beby bukannya ingin membuat GreShan berantem, tapi Gracia harus tau soal ini. Jadi Beby sengaja melakukan hal ini.

"Duduk agak pojok aja ya Gre? Lagi males sama keramaian." Ucap Beby.

"Tumben." Gumam Gracia.

Gracia duduk membelakangi Viny. Dia belum sadar jika ada Shani di belakangnya dan kini sudah keringat dingin karena melihat Gracia dan Beby. Viny yang menyadari perubahan raut wajah Shani pura-pura melihat hp untuk mengecek wajahnya.

"Bagus, ada Gracia di sana." Batin Viny senang.

Shani mendapatkan pesan masuk dari Beby, isinya mengabarkan bahwa Gracia akan pulang setelah makan dengan Beby. Shani semakin takut dan gugup. Viny tersenyum sinis.

UNPREDICTABLE [GRESHAN] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang