Dua puluh Dua

5.8K 450 22
                                    

"Nggak Ge!! Aku nggak mau break!!" Tolak Shani yang baru saja datang.

"Kalau gitu jelasin kenapa kemarin kamu ketemu kak Viny!!" Sentak Gracia.

Gracia lelah, dia mencoba untuk mengerti tapi Shani tidak mau memberikan sebuah alasan supaya Gracia mengerti. Apa sulitnya memberikan pemahaman?

"Gre." Tegur Beby pelan.

"A... aku... nggak... bisa... jelasin Ge." Ucap Shani sendu.

"Dan kamu minta aku nggak marah gitu? Sedangkan kamu sendiri nggak jelasin apa-apa ke aku. TERUS GIMANA AKU MAU NGERTI SHANI?!" Gracia tidak bisa lagi menahan emosinya.

"Sebelum aku lebih emosi, mending kamu keluar." Usir Gracia.

"Tapi Ge..."

"KELUAR!!" Sentak Gracia.

Shani keluar dengan wajah lesunya. Ketika Gracia sudah marah seperti tadi, Shani tidak bisa apa-apa selain menurut. Desy yang sedikit mendengar keributan tadi menghampiri Shani yang terduduk dan terlihat menahan air matanya.

"Shan." Panggil Desy.

"Ci Desy."

Desy paham lalu memeluk Shani erat, membiarkan tangis Shani kini pecah di pundaknya. Istirahat masih tersisa 10 menit dan waktu itu digunakan Desy untuk menenangkan Shani. Di tempat lain, Beby mengomeli Gracia karena dia sudah keterlaluan.

"Gre, harusnya kamu nggak bentak Shani kayak tadi." Beby meletakkan tangannya di pinggang.

"Maaf bang, habisnya ci Shani nggak mau jelasin apa-apa, ya aku emosi dong. Kalau aja dia kasih penjelasan, mungkin aku bakal maafin dia bang." Jelas Gracia.

"Oke, silahkan kalian marahan. Tapi awas aja kalau sampai lama. Abang tikung juga tuh Shani." Ancam Beby.

"Tikung aja, paling juga gak bakal mau ci Shani." Cibir Gracia.

"Dah lah capek abang, mau latihan aja. Kamu pulang dulu aja sana." Ucap Beby karena Gracia tidak bisa lagi melanjutkan latihan hari ini.

"Iya, ini papa udah otw katanya." Jawab Gracia.

"Abang latihan dulu, kamu cepet sembuh biar bisa rusuh lagi." Beby mengacak gemas rambut adiknya.

"Iya, udah sana latihan." Gracia mendorong Beby.

Setelah Beby berlalu, Gracia mencoba untuk berdiri dan mengemasi barang-barangnya. Gracia sudah mengatakan kepada papanya untuk menjemputnya di lantai 4 supaya Gracia ada yang membantu berjalan, keseleo tadi membuat kaki Gracia benar-benar nyeri ketika digunakan untuk menapak.

---

"Kamu kok bisa keseleo sih Ge? Nggak hati-hati nih pasti." Ucap mama Gracia.

"Keinjek ci Shani." Jawab Gracia singkat.

"Sekarang Shani mana? Biasanya kalau kamu sakit dia anterin kamu." Tanya mama.

"Sibuk." Jawab Gracia datar.

Sang mama yang melihat raut wajah tidak bersahabat dari anaknya paham pasti ada masalah antara Gracia dan Shani. Bagaimana bisa Shani tidak mengantarkan Gracia pulang padahal jelas-jelas kakinya sedang keseleo?

"Ada masalah sama Shani?" Tanya mama to the point.

"Nggak usah dibahas. Males." Gracia yang semula duduk di ranjang kini merebahkan tubuhnya.

Gracia menyelimuti tubuhnya sampai ke kepala. Mengabaikan mamanya yang sedang bingung karena tidak mendapatkan jawaban yang pasti.

"Ya udah kalau nggak mau cerita, kapan-kapan kalau kamu siap aja. Selamat istirahat sayang." Mama membuka selimut Gracia bagian wajah lalu mengecup kening anaknya.

UNPREDICTABLE [GRESHAN] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang