Tiga puluh Empat

4.2K 260 35
                                    

Shani masih berputar-putar di bagian novel, dirinya belum menemukan buku yang cocok untuk dibaca. Sedangkan Gracia hanya membaca komik sambil menunggu Shani, dia tidak ada niatan membeli buku.

"Dapet ci?" Gracia menghampiri Shani.

"Enggak." Shani menggeleng kecewa.

"Mau cari yang kayak apa?" Tanya Gracia sambil melihat-lihat.

"Romance fantasi." Jawab Shani.

Gracia mengangguk lalu jarinya menelusuri rak buku dan berhenti ke salah satu novel dengan sampul berwarna biru campur ungu. Gracia mengambil buku itu lalu menyerahkannya ke Shani.

"Nih, dulu mamah Yona pernah cerita kalau buku ini bagus." Ucap Gracia.

"Bener nggak nih?" Tanya Shani sambil membaca sinopsis di belakang buku.

"Beneran, selera mamah kan ngga beda jauh sama kamu." Ucap Gracia meyakinkan.

"Ya udah aku ambil ini. Yuk bayar terus ke suatu tempat."

"Kemana?" Tanya Gracia.

"Ra... ha... si... a."

Shani membayar bukunya lalu menarik tangan Gracia keluar dari toko buku. Shani mengetahui satu tempat yang bagus dan jaraknya tidak jauh dari toko buku tadi. Gracia membawakan buku Shani dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya digunakan oleh Shani untuk bergelayut manja.

"Ini mau kemana sih sayang? Seneng banget kayaknya." Gracia tersenyum melihat Shani yang menunjukkan raut muka bahagia.

"Ikut aja." Jawab Shani.

Shani membawa Gracia ke sebuah tempat yang sebenarnya bisa dikatakan taman. Shani lagi-lagi menarik lengan Gracia menuju ke sebuah pohon besar, dimana di pohon itu terpasang sebuah ayunan.

Mereka duduk di bawah pohon itu. Shani memejamkan mata menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

"Di bawah pohon rindang kukatakan, indahnya senyum manismu dalam mimpiku." Gumam Shani.

"Ralat ralat, salah itu." Sahut Gracia.

"Lho? Bener kok." Sangkal Shani.

"Salah cici. Harusnya tuh gini. Di bawah pohon rindang kukatakan, indahnya senyum manismu di hidupku. Harusnya gitu, karena senyum kamu itu nyata di dunia, bukan mimpi. Dan senyum manis punya kamu itu cuma milikku, senyum paling manis di hidupku." Jelas Gracia.

"Aaaa manis banget sih Gege." Teriakan Shani tertahan. "Jadi makin jatuh ke dalam pesonamu."

"Sayang ci Shani juga, tetap tersenyum buat aku."

Keduanya tersenyum saling memandangi ciptaan terindah bagi masing-masing, jika saja ini bukan tempat umum, bibir mereka pasti bertautan.

Tiba-tiba hp Gracia berdering. Itu adalah tetepon dari kak Melody. Gracia mengangkatnya dan Shani pun membiarkan Gracia menyelesaikan obrolannya.

"Ci, kata kak Melody kita harus ke theater." Ucap Gracia.

"Mau ngapain?" Tanya Shani.

"Nggak tau, ada yang mau diobrolin masalah ramune." Jawab Gracia.

"Ih nggak bisa ditunda besok aja apa? Aku kan masih pengen main sama kamu, jalan-jalan berdua gitu, kamu bisa nggak ngobrolnya nanti ke kak Melody. Minta izin gitu hari ini nggak ketemu dulu, sekarang waktunya kamu sama aku, ya Ge ya. Please please pleaaaaseeeee." Ujar Shani memohon dengan Sangat ditambah muka melasnya.

"Tapi ci, ini takutnya..."

"Takutnya apa Ge? Penting? Apa aku nggak lebih penting dari kerjaan kamu? Coba lah sesekali pentingin aku diatas kerjaan kamu? Aku nggak banyak nuntut nafkah material kan? Uang kita tanggung sama-sama, yang penting kita sama sama makan, kenyang bareng-bareng dan laper bareng-bareng juga, kebutuhan kita tetep terpenuhi. Please Ge, ngomong sama kak Melody biar ketemunya besok aja. Kan besok juga latihan pasti kita ketemu kak Melody kok, jadi bilang........"

UNPREDICTABLE [GRESHAN] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang